Bank Mandiri Perkuat Pengawasan lewat Penyegaran Komisaris

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia memprediksi jika terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan menekan volume penjualan di toko modern sebesar 5%-10% selama kurun waktu 1-2 bulan pascapenaikan BBM yang rencananya dilakukan per 1 April 2012.

 

Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta memprediksi  penjualan produk kebutuhan sehari-hari akan tetap berjalan normal, dampak kenaikan harga BBM diperkirakan lebih memengaruhi  perdagangan untuk jenis barang bukan kebutuhan sehari-hari.

 

“[Total penjualan di toko modern diperkirakan akan tertekan sebesar] 5%-10%. [Mengingat akan terjadi] penyesuaian [baik di pihak] pembeli dan penjual selama 1-2 bulan,” kata Tutum saat dihubungi melalui telepon genggamnya hari ini.

 

Ketika ditanyakan soal kebijakan harga di toko modern pasca kenaikan harga BBM, Tutum mengatakan penetapan harga jual di gerai selalu mempertimbangkan harga beli barang dari kalangan industri sebagai pemasok.

 

Terkait harga jual barang, ujarnya, memang menjadi salah satu strategi bagi toko modern untuk memenangkan persaingan antarperitel.

 

“Kita [peritel modern]  bukan spekulan. Ritel modern mencari marjin yang tepat,” kata Tutum.

 

Namun Aprindo mengimbau adanya ketegasan pemerintah, sehingga rencana menaikkan harga BBM bersubsidi tidak berkepanjangan tenggang waktunya antara  wacana dengan penetapan kebijakannya, sehingga malah bisa memicu kenaikan harga barang.

 

Dampak kenaikan harga BBM  dari pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya di dalam negeri, ujarnya, biasanya akan terjadi penyesuaian antara  kebutuhan pembeli dan barang terjual oleh  peritel selama 1-2 bulan.

 

“[Kami] Imbau ketegasan [pemerintah, agar] wacana [menaikkan BBM bersubsidi] tak lama [yang]  akhirnya [malah] menyebabkan kondisi] ‘masuk angin’ [yaitu] sebagian [barang] ada yang naik,” kata Tutum. (faa)

 

 

 

Sumber