cahyadi Pemilik Lapak 0 Posted Maret 26, 2012 LONDON, KOMPAS.com -- Satu abad alias 100 tahun peristiwa kapal Titanic tenggelam akibat menabrak gunung es dalam perjalanan perdananya, dari Inggris ke AS, akan diperingati pada 15 April 2012. Legenda pop dari Inggris Robin Gibb bersama seorang putranya mencipta sebuah komposisi klasikal untuk mengenang tragedi yang menewaskan 1.517 jiwa tersebut. Dalam karier musiknya, Robin telah mencipta sejumlah lagu pop yang menjadi hit-hit yang paling dikenang dan mencetak angka penjualan lebih dari 200 juta copy di seluruh dunia. Namun, menulis sebuah komposisi klasikal mengenai Titanic yang tenggelam itulah yang membantunya keluar dari sebuah tragedinya sendiri. Personel grup kakak beradik The Bee Gees ini mengaku sudah lama terpesona oleh Titanic. Untuk memperingati 100 tahun tragedi kapal tersebut, ia telah membuat komposisi karya klasikal pertamanya, "The Titanic Requiem", bersama putranya, RJ, yang berumur 29 tahun. Robin mengatakan, memusatkan energinya ke karya itu membantu dirinya memerangi kanker hati. Ia didiagnosa menderita kanker hati pada tahun lalu dan kini sedang berangsur pulih. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Sun, pria berusia 62 tahun ini mengatakan, "Saya sungguh bersyukur bahwa mengerjakan 'The Titanic Requiem' berhasil memisahkan saya dengan penyakit saya sedemikian rupa, sungguh percaya bahwa itu mungkin telah menyelamatkan hidup saya." Ketertarikan Robin akan kisah Titanic berawal dari masa kanak-kanaknya, ketika ia terjebak dalam badai dahsyat di laut. "Salah satu kenangan saya yang paling awal kembali ketika saya masih kanak-kanak, berusia tujuh tahun, dan nenek saya bercerita bagaimana ibunya menangis hingga banjir air mata ketika ia mendengar Titanic telah tenggelam," kenang Robin. "Lalu, ketika saya berusia delapan tahun, saya dan keluarga saya berlayar ke Australia (dari Inggris) untuk memulai karier musik kami dan memulai hidup baru, tapi kami terjebak dalam badai," kenang Robin lagi. Lanjut Robin, ketika kapal tersebut diempas ombak turun naik, para penumpang pingsan di mana-mana di dek dan merasa sakit. Namun, tidak demikian dengan Robin. "Kemudian sang kapten kapal membuat pengumuman, 'Jangan khawatir. Selama ini tak ada lagi tragedi di laut sejak Titanic tenggelam pada 1912'," sambungnya. "Itu tidak benar, tentu saja, alias untuk membesarkan hati kami, para penumpang. Tapi, lagi-lagi, momok Titanic telah dibangkitkan," sambungnya. Robin, saudara-saudara lelakinya, dan orangtua mereka nyaris tewas di laut ketika, dalam perjalanan kembali dari Australia pada 1967, kapal yang mereka tumpangi melewati Terusan Suez dan terkena tembakan, karena ketika itu sedang terjadi perang saudara di Aden. Pada tahun yang sama, sekali lagi, Robin hampir kehilangan nyawanya. Kereta yang ditumpanginya bersama Molly, yang kemudian menjadi istrinya, mengalami kecelakaan di Hither Green, London tenggara, dan menelan korban 49 jiwa. Bagi Robin, peristiwa Titanic tenggelam merupakan tragedi yang lebih dari tragedi-tragedi lainnya. Berlatar ketertarikannya yang besar terhadap Titanic, bersama RJ, yang juga pemusik berbakat, Robin lalu mencipta "The Titanic Requiem". "Kami menghabiskan dua tahun untuk menyelesaikan 'The Titanic Requiem'. Dua tahun dedikasi dan saya tentu amat bangga akan itu," ucap Robin, yang mengaku tidak pernah memaksa putranya tersebut untuk menjadi pemusik. RJ juga mengaku bangga akan komposisi itu, sebangga ia terhadap keteguhan ayahnya mengerjakan komposisi tersebut siang malam, sementara ayahnya masih menjalani kemoterapi untuk melawan kanker hatinya. "Ia terus melawan segala rintangan. Ia benar-benar telah menjadi seorang profesional dan ia layak mendapat medali untuk itu. Baginya, datang langsung dari kemoterapi dan masuk ke studio, luar biasa," kata RJ, yang merasa menjadi lebih dekat lagi dengan ayahnya berkat menggarap bersama komposisi itu. Robin memiliki harapan akan "The Titanic Requiem". "Saya hanya berharap bahwa 'The Titanic Requiem' akan menjadi sebuah karya untuk mengenang semua jiwa yang berani itu yang tewas dalam tragedi tersebut, sehingga mereka tak akan terlupakan," ucap kolektor memorabilia Titanic ini lagi. Sumber Share this post Link to post Share on other sites