Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Cara Jitu Hindari Utang

Recommended Posts

609LczHEFB.jpgKonsultan MRE Hari Putra. Dok Pribadi

 

 

 

"Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tergadai, maka tugas orangtua lah yang harus menebus sebelum dia aqil baligh, dan memberi ilmu pengetahuan untuk menghidupi dirinya agar tidak lagi tergadai" (Hari 'Soul' Putra).Pada sebuah kesempatan, saya bertanya di kelas yang saya asuh. "Siapa di ruangan ini yang tidak memiliki utang? Hampir rata-rata menjawab mereka punya utang. Tapi ada satu orang laki-laki yang mengangkat jarinya, 'Saya pak yang tidak punya utang'," cetusnya.

 

Saya terdiam sejenak, memandang wajah laki-laki tersebut, sambil tersenyum saya bertanya, "Anda yakin, Anda tidak punya utang?" Dengan PD (percaya dirinya), dia berkata, "Ya pak, saya tidak punya utang."

 

Baiklah, saya ada sebuah cerita tentang seorang wanita dan suaminya yang menyewa sebuah apartemen di bilangan Jakarta Pusat, kata saya. Wanita dan suaminya ini setiap bulan menggunakan semua fasilitas yang ada di apartemen tersebut, mulai dari peralatan memasaknya, listrik, air dan semua barang elektronik yang tersedia.

 

Hingga setiap akhir bulan, selama tiga bulan berturut-turut mereka tidak pernah mau membayar.  Akhirnya oleh si pemilik apartemen, semua fasilitas yang disediakan diputus dan mereka harus berurusan dengan pihak yang berwajib, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.

 

Sambil menatap wajah si laki-laki ini, saya meneruskan, sekiranya si wanita dan suaminya itu adalah Anda dan pemilik apartemen tersebut adalah Tuhan Semesta Alam, Allah SWT yang memiliki isi dunia, bumi beserta semua yang ada di atas dan di bawahnya baik, udara/oksigen yang kita hirup, masihkah kita mengatakan kita tidak punya utang?

 

Jika Allah SWT tiba-tiba menyetop pasokan oksigen di dunia, masih bisakah kita dengan sombongnya mengatakan kita tidak punya utang?. Oke lah saya tidak mengatakan itu utang, katakanlah kewajiban yang harus kita pikul selagi kita masih hidup di dunia.

 

Apakah tidak sebaiknya kita mulai merenungkan bahwasanya ketika kita lahir ke dunia, sudah seyogyanya kita menebus jiwa tergadai kita dengan memotong kambing, dua ekor buat laki-laki maupun satu ekor buat perempuan. Agar kita menyadari, bahwasanya jiwa kita telah tergadai.

 

Jika kita hitung-hitung dengan hitung-hitungan matematis, misal untuk sebuah tabung oksigen saja kalaulah kita konversikan ke dalam USD atau Rupiah, maka berapa banyak uang yang harus kita keluarkan hanya buat membayar 'utang' kita.

 

Misal usia hidup kita 70 tahun, berarti 70 tahun X 365 hari X 24 jam X 60 menit X 60 detik = 2.207.520.000. Sekira 2M dikalikan USD atau Rupiah yang harus kita bayar, baru dari satu item, oksigen atau satu kali tarikan nafas. Belum yang lain-lainnya, masihkah Anda tidak merasa punya utang/kewajiban?

 

Jadi jika kita baru berutang kepada sesama makhluk, mantapkan keyakinan kita bahwasanya, kewajiban kita kepada Tuhan lebih harus 'dilunasi' ketimbang yang lainnya. Jika hal ini sudah selesai, barulah kita membuat cara-cara jitu untuk menyelesaikan utang kita dengan sesama makhluk hidup di dunia.

 

Saya sering mengibaratkan orang yang berutang seperti kena sakit gigi. Setelah sakit gigi, biasanya diberi ponstan, obat antisakit gigi. Setelah itu sembuh, kemudian kumat lagi. Kenapa? Karena ponstan tidak menyelesaikan ke akar masalahnya, hanya kulit luar atau permukaannya saja.

 

Oleh karena itu, agar masalahnya tuntas, cabutlah 'gigi utangnya', maka masalahnya akan selesai. Adapun langkah-langkah bagi yang berutang, baik yang sudah kronis maupun masih tahap menengah.

 

Pertama, sadarilah Anda punya utang dan mau melunasinya.

Ketika kita sudah sadar kita punya utang dan bahayanya berutang, maka hal pertama yang mesti kita tanamkan adalah kita mau dan mampu untuk menyelesaikannya. Tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa diselesaikan jika kita bergantung pada Allah SWT.

 

Kedua, inventarisir daftar catatan utang kita.

Kita harus mengingat kembali kepada siapa saja kita pernah berutang, walau hanya Rp1 sekalipun, karena bisa jadi ketika orang ini tidak ridho terhadap uang atau jasanya, siapa tahu inilah salah satu yang menjadi hijab/penutup, harta kita tidak barokah/berkat. Efek dari ketidakbarokahan harta kita, banyaknya utang yang terus dan semakin hari semakin menumpuk.

 

Ketiga, buat quadrant pelunasan utang.

Selagi kita masih di dunia ini, berarti masih ada kesempatan untuk melunasi utang-utang kita. Adapun quadrant tersebut adalah:

 

Quadrant I: Penting, Genting

Prioritaskanlah lebih utang dari quadrant pertama ini, karena jika tidak segera dilunasi akan berakibat fatal.

 

Quadrant II: Penting, Tidak Genting

Tetap memprioritaskan untuk mencicil, hanya tidak segawat di quadrant pertama.

 

Quadrant III: Tidak Penting, Genting

Banyak utang-utang yang tidak masuk kebutuhan prioritas, tetapi jika tidak segera dilunasi akan berlarut-larut penyelesaiannya.

 

Quadrant IV: Tidak Penting, Tidak Genting

Belum menjadi prioritas kita saat ini, tetap tetap harus dilunasi.

 

Keempat, berhenti menggunakan kartu kredit dan gali lubang tutup lubang.

Penggunaan kartu kredit dewasa ini seperti arus air yang sukar dibendung, tidak melihat siapa yang memilikinya, jika kita tidak bijak menggunakannya akan berakibat fatal.

 

Dalam sejarahnya, kartu kredit hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas, tetapi dalam pelaksanaanya, rata-rata karyawan yang menurut hitungan pihak bank penerbit belum layak dipinjami kartu tersebut, banyak yang memalsukan data-data penghasilan pribadinya, ditambah lagi adanya oknum karyawan di bank penerbit tersebut bermain api dengan alasan belum mencapai target penjualan, makanya semakin menambah subur daftar para penunggak alias kredit macet yang semakin menjerat dengan bunga berbunga dalam sistem minimum payment.

 

Setelah berhenti total, usahakan untuk tidak mengunakan pola penyelesaian jangka pendek dengan gali lobang tutup lubang, meminjam atau utang lagi guna melunasi utang yang lagi berjalan.

 

Kelima, adanya bukti tertulis pembayaran utang dan skedul pelunasannya.

Seperti ketika kita berutang ada bukti tertulisnya, maka setiap pembayarannya pun harus ada bukti tertulis juga. Sebagai pemegang bukti, bahwa kita sudah selesai dan punya itikad baik untuk segera melunasi utang-utang tersebut. Serta agendakan dalam time skedul proses pelunasan utang.

 

Keenam, kendalikan pengeluaran.

Seperti juga pemasukan yang bersifat rutin dan nonrutin, maka pengeluaran pun harus benar-benar diketatkan, mengingat antara kebutuhan dan keinganan itu sifatnya tipis.  Bisa jadi barang atau benda yang kita butuhkan, sebenarnya hanya keinginan semata karena dilandasi oleh emosi sesaat, misal karena terpesona dengan sales yang menawarkannya.

 

Setiap muncul keinginan untuk memiliki suatu hal, tanyakan dulu kepada hati Anda, apakah barang atau benda ini, memang benar-benar sangat saya butuhkan atau tidak?

 

Ketujuh, menaikkan penghasilan.

Jika keenam langkah di atas belum juga bisa menyelesaikan masalah hutang Anda, saya sarankan untuk menambah penghasilan Anda. Jika hari ini Anda, hanya memiliki satu income/sumber penghasilan, mulailah melihat peluang-peluang di mana Anda mendiversifikasi keahlian apa saja yang Anda senangi dan Anda pernah lakukan di masa lalu.

 

Setiap kita jika sudah mulai merenungi tentang dirinya, maka akan melihat sebuah masalah sebagai peluang. Ingat cerita tentang Walt Disney, terjebak di sarang tikus hingga memiliki impian untuk menghibur manusia dengan kembali ke masa kecilnya, walau dia sendiri belum sempat melihat Taman Impian mimpinya (Disneyland) semasa dia hidup.

 

Terakhir, tanamkan keyakinan kepada diri Anda, ucapkan dengan lantang, "Bukan, wahai Tuhan, masalahku sangat besar, tetapi katakanlah, Wahai masalah, Tuhanku Maha Besar".

 

Diasuh oleh:

Hari 'Soul' Putra

MRE Financial & Business Advisory

http://www.mre.co.id

(Community Specialist, Penulis Buku 18 Decision for SOUL TherapY)

Follow Twitter: twitter.com/h4r1soulputra

 

Offfice : One Pacific Place 15th Floor, Sudirman Central Business District

Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53 Jakarta 12190 Indonesia

Phone : +62 21 2550 2425 Fax : +62 21 2550 2555 (//ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...