Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia
Masuk untuk mengikuti  
bot

IHSG Sesi 1 Merosot 0,57% ke Level 8.568, Saham BBCA Jadi Beban

Recommended Posts

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 49,52 poin atau turun 0,57% ke level 8.568,67 pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (19/12/2025).

Sebanyak 194 saham naik, 470 turun, dan 137 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga jeda makan siang tergolong ramai atau mencapai Rp 15,63 triliun, melibatkan 23,17 miliar saham dalam 1,49 juta kali transaksi.

Transaksi terbesar hari ini datang dari saham Bangun Kosambi Sukses (CBDK) milik Aguan dengan nilai mencapai Rp 5 triliun yang berlangsung di pasar negosiasi. Sementara itu di pasar reguler, saham Bumi Resources (BUMI) tercatat masih menjadi saham paling aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp 642 miliar.

Nyaris seluruh sektor perdagangan tiarap hari ini, dengan koreksi terbesar dicatatkan oleh konsumer non-primer, utilitas dan teknologi. Sementara hanya sektor energi yang bergerak di zona hijau hari ini.

Bank Central Asia (BBCA) tercatat menjadi beban terbesar pelemahan IHSG hari ini dengan sumbangsih 7,08 poin ke indeks. Emiten lainnya yang menekan kinerja IHSG termasuk BYAN, TLKM, BREN dan BRMS.

Pelaku pasar mencermati sejumlah sentimen yang menggerakkan pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Dari dalam negeri, realisasi APBN bisa menjadi sentimen.

Sementara itu, dari sisi internasional ada Bank of Japan, inflasi Jepang, dan dampak dari rilis data inflasi AS yang mencapai level yang lebih rendah dari bulan sebelumnya walaupun The Fed memangkas suku bunga

Pasar global hari ini berada dalam mode siaga menantikan dua rilis data krusial dari Jepang yang dijadwalkan hari ini Jumat (19/12/2025). Fokus utama tertuju pada rilis data Inflasi Nasional Jepang yang diproyeksikan akan memanas ke level 3,0% secara tahunan (yoy).

Angka ini didorong oleh kenaikan biaya energi dan impor, yang mulai menggerus daya beli riil masyarakat Jepang. Inflasi yang persisten tinggi ini menjadi amunisi utama bagi Bank of Japan (BoJ) untuk mengubah haluan kebijakan moneternya.

Sejalan dengan data inflasi, pasar meyakini BoJ akan mengambil langkah historis dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75% dari posisi saat ini.

Jika terealisasi, ini menandakan langkah agresif Gubernur BoJ untuk menormalisasi kebijakan dan keluar dari rezim suku bunga ultra-rendah yang telah bertahan puluhan tahun.

Surplus neraca perdagangan Jepang yang baru saja rilis kemarin (surplus 322,2 miliar Yen) memberikan kepercayaan diri tambahan bagi BoJ bahwa ekonomi Jepang cukup kuat untuk menahan beban biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Bagi investor global, keputusan ini berpotensi memicu volatilitas pada nilai tukar Yen dan arus modal carry trade.

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
[1]

References

  1. ^ [Gambas:Video CNBC] (www.cnbcindonesia.com)

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites
Masuk untuk mengikuti  

×
×
  • Create New...