Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia
Masuk untuk mengikuti  
bot

AS-Venezuela Memanas, Harga Minyak Kembali Mendidih

Recommended Posts

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak menguat pada perdagangan Kamis (18/12/2025) pagi, meski secara tren masih berada dalam fase pelemahan sejak awal Desember.

Melansir Refinitiv, pada pukul 09.40 WIB, minyak Brent tercatat di US$59,92 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di US$56,21 per barel.

Pergerakan yang mencerminkan upaya rebound setelah tekanan tajam dalam beberapa sesi sebelumnya. Dibandingkan posisi Rabu (17/12/2025), Brent naik tipis dari US$59,68 per barel dan WTI menguat dari US$55,94 per barel.

Namun, penguatan ini belum cukup untuk menghapus tren turun yang sudah terbentuk sejak minyak menyentuh level di atas US$63 per barel pada awal bulan.

Jika ditarik lebih panjang, harga Brent telah turun sekitar 5,7% dari posisi 5 Desember 2025 yang masih berada di kisaran US$63,75 per barel. WTI bahkan terkoreksi lebih dalam, melemah hampir 6,5% dari level US$60,08 per barel pada periode yang sama. Data ini menegaskan bahwa pasar masih berada dalam tekanan struktural, meski sesekali muncul reli teknikal jangka pendek.

Sentimen geopolitik kembali menjadi penopang pergerakan hari ini. Pasar merespons eskalasi ketegangan terkait Venezuela, setelah Amerika Serikat mengumumkan langkah pemblokiran terhadap kapal tanker minyak yang masuk dan keluar dari negara tersebut. Kebijakan ini memicu kekhawatiran gangguan pasokan, meskipun detail penegakannya masih belum sepenuhnya jelas.

Secara fundamental, kontribusi minyak Venezuela terhadap pasokan global relatif kecil, sekitar 1%. Namun, langkah AS tersebut tetap cukup untuk memicu short covering di pasar yang sebelumnya sudah berada dalam kondisi jenuh jual (oversold). Reaksi ini lebih bersifat psikologis dan teknikal, ketimbang perubahan nyata pada keseimbangan pasokan global.

Di sisi lain, dampak kebijakan tersebut dinilai terbatas karena sebagian besar minyak Venezuela diekspor ke China. Lemahnya permintaan di Asia serta menumpuknya stok minyak di floating storage membuat efek gangguan pasokan belum terasa signifikan, khususnya bagi importir besar di kawasan tersebut.

Tekanan utama pasar minyak saat ini masih datang dari sisi makro. Perlambatan ekonomi global, kekhawatiran permintaan energi, serta optimisme terhadap kemajuan perundingan geopolitik lain, termasuk potensi meredanya sanksi terhadap Rusia, membuat reli harga cenderung rapuh dan mudah terkoreksi.

Setiap kali harga mencoba menguat, tekanan jual kembali muncul, menandakan pelaku pasar masih berhati-hati dan belum berani mengambil posisi bullish jangka menengah.

Dari sisi pelaku industri, fokus perusahaan minyak global juga mulai bergeser kembali ke bisnis inti minyak dan gas, seiring evaluasi terhadap strategi energi terbarukan yang dinilai belum memberikan imbal hasil optimal. Langkah ini memperkuat persepsi bahwa pasokan jangka panjang relatif aman, sehingga membatasi ruang lonjakan harga.

CNBC Indonesia

(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
[1]

References

  1. ^ [Gambas:Video CNBC] (www.cnbcindonesia.com)

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites
Masuk untuk mengikuti  

×
×
  • Create New...