bot 0 Posted 7 jam yg lalu. Jakarta, CNBC Indonesia - CEO BlackRock Larry Fink menyebut Bitcoin sebagai "aset ketakutan" dalam sebuah acara pers di New York pada Selasa lalu. Ia menyampaikan pernyataan itu saat berada di atas panggung bersama CEO Coinbase Brian Armstrong. Melansir Yahoo News, seseorang memiliki Bitcoin karena takut terhadap keamanan fisik dan finansialnya di tengah dunia yang semakin tidak pasti. Ia menegaskan bahwa Bitcoin mencerminkan rasa cemas atas kemungkinan terjadinya instabilitas ekonomi dan kekacauan geopolitik. Fink menilai Bitcoin sangat berbeda dibandingkan instrumen investasi tradisional seperti saham dan obligasi. Dari total US$13,5 triliun aset yang dikelola BlackRock yang sebagian besar berbasis "harapan", Bitcoin justru berada di kategori aset yang dibeli karena rasa takut terhadap pelemahan nilai uang dan ketidakstabilan sistem keuangan. Ia menjelaskan bahwa ketakutan itulah yang justru mendorong harga Bitcoin naik saat ketidakpastian meningkat. Namun, ketika rasa takut mereda, harga Bitcoin juga berpotensi kembali turun. Pernyataan terbaru ini menunjukkan perubahan sikap besar dibandingkan 2017, ketika Fink menyebut Bitcoin sebagai "indeks pencucian uang dan para pencuri". Kini, BlackRock justru mengelola ETF Bitcoin terbesar di dunia dengan kepemilikan lebih dari 780.000 Bitcoin senilai sekitar US$80 miliar. Daya tarik utama Bitcoin, lanjut Fink, terletak pada fakta bahwa jumlahnya tidak bisa dicetak oleh pemerintah seperti mata uang fiat. Ia menyebut alasan fundamental seseorang memiliki Bitcoin adalah untuk melindungi diri dari proses "debasement" atau penurunan nilai mata uang akibat pencetakan uang berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena ini terlihat jelas di negara-negara dengan krisis mata uang seperti Argentina, Venezuela, dan Lebanon. Warga di negara-negara tersebut memanfaatkan Bitcoin sebagai alternatif penyimpan nilai, dan ketiganya kini masuk dalam 20 besar tingkat adopsi kripto tertinggi menurut Chainalysis. Bahkan, bukan hanya investor individu yang tertarik pada Bitcoin. Fink mengungkapkan bahwa sejumlah sovereign wealth fund juga mulai membeli Bitcoin secara bertahap sebagai lindung nilai, termasuk di level harga US$120.000, US$100.000, hingga US$80.000. Meski begitu, Fink juga mengingatkan bahwa volatilitas masih menjadi masalah besar bagi Bitcoin. Pada 10 Oktober lalu, lebih dari US$19 miliar posisi leverage terlikuidasi, menunjukkan tingginya risiko dari praktik perdagangan dengan utang di pasar kripto. Ia menambahkan bahwa Bitcoin hingga kini masih sangat dipengaruhi oleh para pelaku pasar yang menggunakan leverage besar. ETF Bitcoin milik BlackRock, IBIT, bahkan telah mengalami tiga kali penurunan harga hingga 25% sejak pertama kali diluncurkan. "Jika Anda membeli Bitcoin hanya untuk trading, maka ini adalah aset yang sangat volatil," kata Fink. Menurutnya, investor harus sangat piawai menentukan waktu masuk dan keluar pasar, sesuatu yang sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. (fsd/fsd) [Gambas:Video CNBC][1] References^ [Gambas:Video CNBC] (www.cnbcindonesia.com)Sumber Share this post Link to post Share on other sites