Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Waspadai geliat Iskandar Development Region Johor Bahru

Recommended Posts

BATAM: Kamar Dagang dan Industri Provinsi Kepulauan Riau mengingatkan pemerintah agar mewaspadai geliat pengembangan wilayah Iskandar Development Region (IDR) di Johor Bahru, Malaysia terutama dampaknya terhadap kawasan perdagangan bebas Batam Bintan Karimun.

 

Johanes Kennedy, Ketua Kadin Provinsi Kepri, menegaskan dalam lima tahun terakhir, IDR sudah berkembang sangat pesat dan mampu menarik investasi asing dalam jumlah besar bahkan mengalahkan pencapaian investasi Batam.

 

"IDR sudah menjadi ancaman nyata bagi FTZ Batam Bintan Karimun (BBK), jika pemerintah dan pengelola kawasan tidak segera berbenah maka BBK akan semakin ditinggalkan," ujarnya kemarin.

 

Dia menyampaikan hal tersebut dalam Workshop Kerjasama Indonesia - Singapura di Kawasan Batam Bintan Karimun yang diselenggarakan Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Ekonomi RI, tadi siang.

 

Dia menyebutkan total investasi asing di IDR selama fase pertama 2006 - 2011 mencapai RM47 miliar atau setara US$14 miliar, total komitmen yang sudah dijalin mencapai RM70 miliar. Pada 2026, Iskandar Malaysia bakal menarik investasi asing sekitar RM383 miliar.

 

Pencapaian IDR selama lima tahun terakhir ini saja sudah melebihi pencapaian kumulatif investasi FTZ Batam selama 38 tahun yang hanya US$14,1 miliar.

 

Johanes mengingatkan kerangka kerjasama Indonesia - Singapura dalam pengembangan kawasan BBK harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Saat ini, Singapura sangat membutuhkan Indonesia untuk spill over industrinya, dan pada saat itu mestinya Indonesia sudah siap melayani.

 

"Tapi sayangnya, posisi Indonesia dalam hal ini BBK tidak dalam tahap ready to serve, sehingga saya melihat Singapura mencari alternatif wilayah baru yang lebih siap, salah satunya Iskandar Malaysia dan Vietnam," papar dia.

 

Dia menilai selama lima tahun sejak penandatanganan kerjasama ini pada Juni 2006 lalu belum memberikan hasil yang signifikan terutama terhadap arus masuk investasi asing ke wilayah BBK.

 

Sehingga, lanjutnya, sangat wajar jika Singapura mengalihkan perhatian ke negara lain untuk mendukung akselerasi pertumbuhan industri negara tersebut.

 

 Sementara itu Ferdinand Nainggolan, Ketua Program Magister Management Universitas Internasional Batam, menjelaskan pentingnya untuk segera membangun pelabuhan kontainer yang layak.

 

Menurut dia, 46% PDRB Kepri dikontribusi oleh industri pengolahan yang merupakan sektor utama yang akan menggerakkan pelabuhan ini. Disamping itu, pelabuhan ini juga sebuah keharusan dalam mendukung implementasi FTZ BBK.

 

"Saya melihat keberadaan 21 kawasan industri di Batam masih bisa ditingkatkan dengan menarik arus investasi dan semakin banyak industri yang masuk ke wilayah ini," kata dia.

 

Dia menyebutkan dibandingkan dengan dua pelabuhan di regional ini yaitu PSA Singapura, Port of Tanjung Pelepas - Johor Bahru, Malaysia, maka posisi Pelabuhan Batu Ampar sangat tertinggal.

 

Pada 2010 lalu, Port Tanjung Pelepas melayani sekitar 6,5 juta TEUs kontainer sedangkan PSA Singapura sebesar 28,4 juta TEUs. Sementara Batu Ampar selama 10 tahun terakhir tidak mampu beranjak dari angka 250.000 TEUs. (Sus/Bsi)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Affiliate | Settlement Statement

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...