Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Proyeksi Pertumbuhan Kredit BI Direspons Secara Beragam

Recommended Posts

JAKARTA: Harapan Bank Indonesia yang menginginkan pertumbuhan kredit industri pada tahun depan sebesar kinerja tahun ini direspon secara beragam oleh para bankir.

 

Sebagian bankir merasa pesimis pertumbuhan kredit 2012 dapat mencapai prestasi yang sama pada tahun ini karena ekonomi nasional dibayangi ketidakpastian global akibat krisis utang Uni Eropa.

 

Selain itu, permasalahan juga muncul dari kekhawatiran makin ketatnya likuiditas perbankan nasional pada tahun depan.

 

Evi Firmansyah, Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), menilai faktor likuiditas merupakan permasalahan utama yang akan menghambat ekspansi kredit industri perbankan pada tahun depan.

 

Hampir semua bank, lanjutnya, telah memiliki rasio intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) mendekati ambang batas ideal Bank Indonesia (BI), yakni 100%. Atas dasar itu, menurutnya, bank sentral harus memberikan insentif pelonggaran moneter, seperti penurunan giro wajib minimum (GWM).

 

"Kalau mau ekspansi kredit yang lebih baik maka GWM harus diturunkan, sehingga bank punya peluru untuk mendanai pembiayaan tahun depan," ujarnya akhir pekan lalu.

 

Perseroan, lanjut Evi, sulit untuk menetapkan proyeksi pertumbuhan kredit setinggi tahun ini tanpa insentif tersebut. "Kami menetapkan pertumbuhan kredit sebesar 20%--25%, lebih rendah dari tahun ini yang berkisar 25%--30%," ujarnya.

 

Dalam menghadapi ancaman ketatnya likuiditas pada krisis 2008 lalu, BI sempat menurunkan GWM primer menjadi 5%. Namun bank sentral kembali menaikan GWM menjadi 8% guna menyerap ekses likuiditas akibat arus masuk modal asing pada awal 2011.

 

Berbeda dengan Evi, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia, menyarankan agar bank yang sudah mencapai rasio intermediasi di atas 100% tidak terlalu memaksa diri untuk meningkatkan kredit.

 

Menurut dia, rasio intermediasi industri saat ini sudah mendekati kondisi yang sama sebelum terjadi krisis moneter 1997. "Saya kira demikian agar bank tidak terlalu ngoyo meningkatkan kredit khususnya yang sudah diatas 100%, karena LDR saat ini sudah mendekati seperti sebelum krisis 1997," ujarnya.

 

Kondisi global

 

Beberapa bank mengakui kondisi global yang sering berubah akhir-akhir ini, menyulitkan dalam penghitungan target kredit pada tahun depan. Namun sebagai langkah antisipasi sebagian bank menetapkan target lebih rendah dibandingkan dengan kinerja tahun ini.

 

"Tahun depan itu ada kerumitan akibat akibat krisis internasional. Kami harus bolak-balik membuat bujet karena asumsinya tiap hari berganti," ujar Lauren Sulistiawaty, Direktur Ritel PT Bank Permata Tbk.

 

Permata menetapkan target pertumbuhan kredit sebesar 20%. Target tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja Bank Permata pada tahun ini. Hingga akhir kuartal III/2011 perseroan telah mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 39% dan dana pihak ketiga sebesar 29%.

 

Hal serupa juga dilakukan oleh Bank Mandiri. Bank beraset terbesar di Indonesia ini menetapkan target pertumbuhan sebesar 20%--22%, dibawah kinerja tahun ini yang diproyeksi menembus 25%.

 

"Kami lihat market nasional kan sekitar 18-20%. Kami mau lebih tinggi 1-2% dari industri, dengan tetap fokus utama pada kredit mikro, komersial dan koperasi,” ujar Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri,

 

Sebelumnya, Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur BI, mengatakan ruang pertumbuhan kredit pada tahun depan masih cukup besar, mengingat rasio pembiayaan terhadap produksi domestik bruto masih rendah.

 

“Sumbangan kredit kepada GDP itu sekitar 20%, masih rendah dibandingkan dengan negara lain yang sudah 60%--70%. Bahkan Malaysia di atas 100%. Jadi Indonesa masih punya ruang untuk pertumbuhan kredit yang tinggi,” ujarnya.

 

Dia meminta kepada perbankan untuk tidak ragu merencanakan pertumbuhan kredit sebesar kinerja tahun ini guna menopang perkembangan industri domestik yang membutuhkan banyak biaya.

 

“Kami mau pembiayaan bisa lebih meningkat. Kalau tahun ini kredit bisa mencapai 26%-27%, maka tahun depan kami juga harapkan sebesar itu. Kami meminta perbankan tidak usah khawatir,” ujarnya. (dba)

 

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Affiliate | Settlement Statement

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...