Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Ini dia peringatan Gubernur BI

Recommended Posts

JAKARTA: Fundamental ekonomi makro yang terus membaik menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012. Namun, kecenderungan menipisnya surplus neraca berjalan akibat tingginya impor dapat menjadi sentimen negatif yang perlu diantisipasi.

 

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) yang juga Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan dengan struktur ekonomi yang lebih berbasis permintaan domestik dan kondisi fundamental makro yang tangguh, ekonomi masih dapat tumbuh tinggi.

 

Darmin meyakini pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup kuat karena ditopang oleh meningkatnya keyakinan konsumen, suku bunga pembiayaan yang menurun, dan investasi swasta yang cenderung meningkat. Namun kinerja ekspor diperkirakan akan sedikit melambat.

 

“Ekspor perlu diperhatikan, karena sumber pertumbuhan kita itu konsumsi dalam negeri, investasi dan ekspor. Yang cukup bisa terpengaruh itu ekspor,” tutur Darmin dalam seminar yang diselenggarakan ISEI bertajuk Indonesia Economic Outlook 2012, hari ini.

 

 

 

Penurunan permintaan

Terkait krisis ekonomi yang tengah mendera Eropa dan Amerika Serikat, ekonom Universitas Indonesia Sugiharso Safuan menuturkan pada tahun depan akan terjadi penurunan permintaan ekspor di dua kawasan tersebut, namun konsumsi domestik yang masih tetap tinggi menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Selama 10 tahun terakhir, lanjutnya ekspor Indonesia ke Jepang, AS, dan Eropa mencapai 39%. Sementara itu, ekspor ke China hanya 7,85% dan impornya mencapai 16,32%.

 

“Ekspor ini akan turun tapi konsumsi domestik tetap tinggi. Ini mungkin menjadi daya tahan kita terhadap adanya krisis,” ujarnya.

 

Menurut Darmin, perlambatan kinerja ekspor ini diperkirakan akan berdampak negatif pada transaksi berjalan (current account) Indonesia karena nilai dan volume impor masih akan terus tumbuh seiring kebergantungan industri dalam negeri terhadap barang baku pendukung dan barang modal impor.

 

“Fundamental ekonomi kita ada sisi minusnya, yakni dari transaksi berjalan yang cenderung defisit,” ujarnya.

 

Pada kuartal III/2011, BI mencatat transaksi berjalan surplus US$119 juta atau turun 74,95% dari kuartal sebelumnya yang mencapai surplus US$475 juta dan anjlok dibandingkan surplus kuartal I/2011 yang tercatat sebesar US$2,07 miliar.

 

Meski transaksi berjalan masih menunjukkan kinerja yang positif dengan mencatat surplus US$0,2 miliar, namun, surplus tersebut tidak dapat menutupi defisit US$3,4 miliar yang terjadi pada transaksi modal dan finansial.

 

Sejalan dengan itu, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit US$3,0 miliar.

 

“Transaksi berjalan kita kelihatannya makin tipis surplusnya. Kelemahan ekonomi kita sebagai warisan lama, kalau ekonomi tumbuh 6%, 7%, 8% maka transaksi berjalan akan defisit, karena struktur industri kita terlalu lemah,” tuturnya.

 

 

 

Sentimen negatif

Menurutnya, kondisi ini dapat memberikan sentimen negatif pada investor terkait potensi capital inflow tahun depan, karena pasar memiliki pandangan yang berbeda ketika melihat negara yang transaksi berjalannya desifit dan surplus.

 

Namun, Darmin tetap optimistis aliran modal masuk ke Indonesia masih akan terjadi dan akan semakin banyak seiring ekspektasi peningkatan rating investasi Indonesia menuju investment grade pada kuartal I/2012.

 

Itu akan memungkinkan semakin banyak pengelola dana  untuk masuk pasar baik dari dalam negeri maupun dari luar, karena pemilik dana jangka panjang akan sangat mementingkan apakah suatu negara investment grade atau tidak.

 

“Kalau belum biasanya mereka agak menahan diri untuk masuk. Tapi kalau sudah mereka justifikasinya akan bagus dan investasi masuk,” ujar Darmin.

 

Namun mengingat ketidakpastian ekonomi global, Darmin cenderung mendorong perbaikan iklim investasi, menjaring capital inflow ke sektor riil, mendorong perekonomian dalam negeri dengan pengendalian inflasi.

 

Pertumbuhan kredit yang cukup positif juga dinilai menjadi modal positif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012.

 

 

Pertumbuhan kredit

 

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Mulyaman Hadad menuturkan pihaknya terus mendorong pertumbuhan kredit yang sehat untuk menghindari krisis akibat kredit macet seperti yang terjadi di AS pada 2008 lalu.

 

Menurut catatan BI per September 2011, rasio kredit baru mencapai 25% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dengan komposisi 31% kredit investasi, 24% kredit modal kerja, dan hampir 24% kredit konsumsi.

 

Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 akan tetap tinggi jika kredit perbankan tumbuh, suku bunga rendah, inflasi terkendali, dan mencegah defisit transaksi berjalan. (Ana Noviani/Bsi)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...