Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Utang 10 Miliarder India Ini Menggunung akibat Dolar AS Menguat

Recommended Posts

EKONOMI GLOBAL

Rabu, 21 Agustus 2013 19:52 wib

Rizkie Fauzian - Okezone

cNTDL6591c.jpgIlustrasi. (Foto: Reuters)

JAKARTA - Riset yang dilakukan Credit Suisse menyebutkan tingkat utang beberapa perusahaan top di India mengalami peningkatan pada tahun ini bila dibandingkan dengan tahun lalu. Penyebabnya adalah menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang.

Seperti dilansir Forbes, Rabu (21/8/2013), perusahaan yang jumlah utangnya meningkat adalah perusahaan yang dimiliki Miliarder Anil Ambani, Shashi & Ravi Ruia, Anil Agarwal dan Savitri Jindal telah melonjak pada tahun lalu.

Tahun lalu, laporan Credit Suisse yang berjudul "House of Debt" mengevaluasi 10 korporasi India, termasuk perusahaan yang dimiliki oleh miliarder tersebut dan menemukan bahwa jumlah utang perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan tajam di laporan keuangan.

Setahun kemudian, dalam sebuah laporan berjudul 'House of Debt-Revisited', bahwa tingkat utang mereka telah melonjak 15 persen sementara keuntungan berada di bawah tekanan.

Tercatat bahwa Anil Ambani Reliance ADA Group, Vedanta Sumber Daya, Essar Group, Adani Group, Jaypee Group, JSW Group, GMR Group, Lanco Group, Videocon Group dan GVK Group merupakan perusahaan dengan tingkat hutang melonjak. Peningkatan terbesar terjadi pada GVK Power & Infrastructure, Lanco Infratech Ltd dan Anil Ambani Reliance ADA di mana tingkat utang bruto mereka naik 24 persen dibandingkan tahun lalu.

Dengan meningkatnya rasio utang, maka bunga telah menurun juga. Selain itu, agregat selisih bunga  sepuluh perusahaan tersebut telah turun dari 1,6 kali ke 1,4 kali, sementara rasio bunga kelompok-kelompok seperti Essar, GMR, dan GVK Lanco sudah di bawah satu. Artinya, Essar dan GMR, tidak dapat membayar bunga atas utang jika seluruh ekuitasnya terjual.

Biaya bunga Lanco Infratech telah meningkat 130 persen, sedangkan laba sebelum bunga dan pajak hanya naik sebanyak 14 persen. Demikian pula, EBIT GVK Infra telah menurun sebesar 32 persen sedangkan biaya bunga naik 55 persen.

Perusahaan-perusahaan ini juga telah terkena dampak dari penurunan mata uang rupee sekira 13 persen terhadap dolar tahun fiskal ini, hal tersebut karena perusahaan banyak memiliki pinjaman hampir 40 persen sampai 70 persen dalam mata uang dalam mata uang asing. Adani Enterprises, Jaiprakash Associates Ltd adalah satu perusahaan yang paling parah persentase pinjaman melalui kredit valas.

Selain itu, peningkatan tajam pada rasio utang di beberapa perusahaan menyebabkan perusahaan tersebut harus membayar cicilan utang. Akibatnya, bank perlu untuk membiayai atau merestrukturisasi sebagian besar pinjaman. Credit Suisse memprediksi jumlah pinjaman yang dilakukan oleh 10 kelompok tersebut sebesar 13 persen dari pinjaman dalam sistem perbankan India. Hal ini seharusnya menjadi kekhawatiran Pemerintah India. (wdi)

Berita Selengkapnya Klik di Sini [h=4]Berita Terkait: India Ekonomi[/h]

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...