BNI Mantapkan Transformasi dan Tata Kelola Hadapi 2026

[Lebay Pemilik Lapak 0]

FISKAL & MONETER

Senin, 24 Juni 2013 17:58 wib

Dina Mirayanti Hutauruk - Okezone

ilustrasi: (foto: corbis)

JAKARTA - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 akan berada di batas bawah antara 6,4-6,5 persen akibat dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Research (The Fed) menurunkan Quantitative Easing (QE).

"Betul range pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 6,4 sampai 6,9 persen. Tetapi kondisi beberapa waktu terakhir dengan kebijakan AS maka akan ada skillback dana likuiditas yang berpengaruh terhadap kondisi global dan nilai tukar Rupiah sehingga pertumbuhan akan berada di batas bawah antara 6,4-6,5 persen," tutur Chatib dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/6/13).

Oleh karena itu, Chatib mengatakan akan melakukan langkah-langkah yang tepat yakni mendorong fiskal untuk kesejahteraan masyarakat agar pertumbuhan ekonomi 2014 tetap sesuai target yakni 6,9 persen.

Selain itu, pihaknya akan terus mendorong stabilitas bahan pangan, daya beli masyarakat dan distribusi komoditas dengan memperhatikan kerangka fiskal.

Meski fenomena global akan tetap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun Chatib mengatakan, Pemilu 2014 dan adanya program MP3EI akan meningkatkan konsumsi sehingga berpengaruh perbaikan pertumbuhan ekonomi.

"Tahun pemilu 2014 dan adanya program MP3EI akan meningkatkan konsumsi dan daya beli yang membaik dan ditopang kinerja ekspor impor," jelasnya. (wan) (wdi)

Berita Selengkapnya Klik di Sini [h=4]Berita Terkait: Pertumbuhan ekonomi[/h]

• Chatib Basri: Konsumsi Pemilu Dorong Pertumbuhan Ekonomi
  
• Hatta Optimistis Ekonomi Tumbuh 6% Meski BBM Naik
  
• BI Pangkas Pertumbuhan Ekonomi RI Minimal 5,9%
  
• Hatta: Reformasi 1998, Titik Tolak Jayanya Ekonomi RI
  
• Dengan Merek Lokal, RI Bisa Kalahkan Jepang
  
• Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai 8%
  
• Ekonomi Surakarta 2013 Diproyeksi Tumbuh 5,4%
  
• Pemerintah Jangan Terlena dengan Fundamental Ekonomi
  
• Revisi Outlook Itu Warning untuk Pemerintah
  
• More News...
  

 

 

 

Sumber