PENYEDIA WALLBOARD MODERN KEKINIAN RUANG KELUARGA

[Lebay Pemilik Lapak 0]

EKONOMI GLOBAL

Jum'at, 21 Juni 2013 11:36 wib

Martin Bagya Kertiyasa - Okezone

Ilustrasi. (Foto: Reuters)

SYDNEY  - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berfluktuasi mencatat penurunan mingguan terbesar sejak April. Adanya spekulasi Amerika Serikat (AS) menghentikan stimulus ekonomi dan tanda-tanda pelambatan pertumbuhan di China memberikan dampak negatif pada harga si “mutiara hitam”.

Futures sedikit berubah di New York dan turun 2,6 persen minggu ini, terbesar sejak 19 April. Di sisi lain, manufaktur China menyusut pada kecepatan yang lebih cepat bulan ini.

"Ada kehati-hatian pada pasar. Karena situasi China yang jelas memukul pasar," kata kepala analis pasar CMC Markets Ric Spooner, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (21/6/2013).

WTI untuk pengiriman Agustus naik 14 sen dan berada di USD95,28 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange, dengan volume perdagangan 6 persen di atas rata-rata 100 hari. Namun, pengiriman Juli turun USD2,84 atau 2,9 persen ke USD95,40 per barel, terbesar sejak 7 November

Sedangkan Brent untuk pengiriman Agustus naik 30 sen ke USD102,45 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Meski naik, tapi Brent untuk pengiriman Juli telah mengalami penurunan USD3,97 atau 3,7 persen ke USD102,15 per barel.

Akibatnya, disparitas patokan minyak mentah Eropa dengan AS ini ditutup menyempit ke USD7,01 per barel, angka tersempit sejak Januari 2011. (mrt)

Berita Selengkapnya Klik di Sini [h=4]Berita Terkait: Minyak Mentah[/h]

• Konflik Suriah 'Bakar' Minyak Mentah
  
• Harga Minyak Mentah Melonjak Seiring Konflik Suriah
  
• Minyak Mentah Masih Alami Bearish
  
• WTI Terus Melaju, Minyak Brent Malah Melemah
  
• Data Tenaga Kerja 'Panaskan' Minyak Mentah
  
• Minyak Mentah Jajaki Level Tertinggi 2 Mingguan
  
• Harga Minyak Mentah Kembali Terpuruk
  
• Akhirnya, Harga Minyak Terpuruk di Bawah USD100/Barel
  
• Pemerintah Diminta Menertibkan Mafia Minyak
  
• More News...
  

 

 

 

Sumber