Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Perbankan RI Harus Jajah Singapura untuk Tambah Likuiditas Valas

Recommended Posts

n1ahC5tyE3.jpg[h=6]Ilustrasi. (Foto: Okezone)[/h]

JAKARTA - Simpanan valuta asing perbankan Indonesia yang ada di negara lain terutama Singapura saat ini cukup besar. Oleh karena itu, guna menambah aliran valas tersebut, perbankan BUMN Indonesia harus menjajah negara lain.Pengamat ekonomi Tony Prasetyantono menegaskan, peluang bisnis untuk membuka cabang industri perbankan di Singapura cukup besar. Menurutnya negeri seribu satu larangan tersebut, merupakan negara kecil dengan aktivitas yang cukup padat baik dari segi bisnis maupun kehidupan.

"Masyarakatnya cenderung proaktif. Saya kira Bank BUMN seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) peluang bisnisnya cukup besar kalau buka di sana," kata dia saat acara perpisahan Darmin Nasution di Gedung BI, Jakarta, Selasa (21/5/2013) malam.

Dia berharap, jika memang benar ada kesempatan Bank BUMN untuk masuk ke industri perbankan di Singapura, maka diusahakan agar bank BUMN bisa bersaing dengan bank-bank yang ada di sana. "Katakanlah merebutlah, adanya ini bisa mengalihkan nasabah bank yang di Singapura beralih ke bank BUMN kita," tukas dia.

BI sendiri, akan melakukan penyesuaian terhadap kebijakan intervensi valuta asing di pasar uang antar bank (PUAB). Hal ini dilakukan untuk menarik penempatan valas bank-bank di luar negeri yang mencapai sekitar Rp95,96 triliun.

Transaksi modal dan finansial pada kuartal I tahun 2013 mengalami defisit hampir USD1,4 miliar. Hal ini terjadi karena bank-bank mengalihkan asetnya dari dalam negeri ke luar negeri hingga defisit USD7,670 miliar atau setara Rp95,76 triliun.

Penyebabnya adalah kebijakan intervensi BI yang mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak. Otoritas perbankan tersebut langsung menyuplai kebutuhan valas Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang selama ini bersumber dari perbankan domestik.

Apabila ditambah dengan defisit transaksi berjalan sebesar USD5 miliar, neraca pembayaran Indonesia (NPI) menjadi defisit di atas USD6 miliar. (mrt)

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...