Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

RI Darurat Energi, Perlu Kelola Energi Berkelanjutan

Recommended Posts

TU06ykIc0b.jpgIlustrasi. (Foto: Reuters)

 

 

 

JAKARTA - Demi mengurangi ketergantungan impor minyak, sudah saatnya blok-blok migas yang habis masa kontraknya tidak diperpanjang. Blok-blok tersebut dinilai harus dikembalikan kepada negara untuk kemudian diserahkan kepada perusahaan nasional dan BUMN.Namun demikian, tanpa ada upaya pengambilalihan blok-blok migas yang habis masa kontraknya, Indonesia akan dengan mudah tergelincir masuk dalam darurat energi.

 

"Oleh karena itu perlu pengelolaan energi secara berkelanjutan. Minyak merupakan komoditas global. Bila ketergantungan impor minyak terus meningkat, memang cukup berisiko bagi Indonesia," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, saat menjadi pembicara dialog "Kebijakan Energi yang Mandiri dalam Memperkuat Perekonomian Nasional" seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (19/4/2013).

 

Ali mencontohkan, 60 persen minyak yang diperdagangkan dunia itu pengirimannya melalui Selat Hormust di Timur Tengah. Di kawasan yang politiknya tidak stabil, bila terjadi kegaduhan politik.

 

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Effendi Siradjuddin mengatakan, sebagaimana perang Irak-Iran, akan dengat cepat menghilang di pasar dunia. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan Indonesia masuk dalam darurat energi.

 

Direktur Reforminer Pri Agung Rakhmanto menyatakan, sampai kini produksi minyak nasional dari tahun ke tahun selalu menurun, sehingga ketahanan energi nasional sangat rawan. Tapi sayangnya, negara kurang memberikan perhatian terhadap ketahanan energi. Negara tampaknya belum melihat migas sebagai  komoditas strategis.

 

"Harus ada langkah Indonesia untuk ketergantungan impor, karena dalam 5-10 tahun ke depan minyak impor tidak tersedia lagi. Dari produksi minyak dunia sekira 90 juta barel per hari (bph), hanya sekira 40 juta bph yang diperdagangkan," jelasnya.

 

Sementara, 10 tahun ke depan konsumsi dunia meningkat 20 persen atau 18 juta bph, tapi pada saat yang sama  produksi juga menurun 20 persen, sehingga kekurangan pasokan dunia sekira 36 juta bph.

 

Kondisi tersebut akan semakin memburuk, karena dua negara konsumen terbesar dunia, Amerika dan China mengimpor sekira 20-22 juta bph. Kondisi tersebut bisa memicu membengkaknya harga minyak dunia hingga melampaui USD400 dolar per barel.

 

Kondisi demikian, Indonesia yang mengandalkan impor dalam lima tahun ke depan mungkin sudah tak mampu mendapatkan impor minyak, karena negara tak mampu membayar. Atau pun kalau mampu membayar, minyak di pasaran belum tentu tersedia. (ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...