Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Stimulus Jepang Ancam Ekspor Sumut

Recommended Posts

rc6dMvGgAF.jpgIlustrasi. (Foto: Reuters)

 

 

 

MEDAN - Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) yang baru dilantik Haruhiko Kuroda berencana memberlakukan kebijakan moneter perdananya pada minggu ini. Rencananya Haruhiko akan menggelontorkan stimulus yang dapat menumbuhkan konsumsi, untuk memerangi deflasi yang sedang terjadi.Stimulus yang digelontorkan oleh gubernur bank sentral Jepang itu, diyakini akan menurunkan nilai tukar yen Jepang terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah. Namun kondisi itu dikhawatirkan akan membuat perdagangan ekonomi Indonesia khususnya wilayah Sumut terganggu.

 

Pengamat Ekonomi Institut Agama Islam Negeri Medan, Gunawan Benjamin mengatakan, dengan adanya stimulus peningkatan konsumsi itu, permintaan impor Jepang atas komoditi Indonesia, Sumut khususnya akan meningkat. Namun, di sisi lainnya hal ini akan memperburuk pendapatan eksportir Sumut secara nominal.

 

"Meningkatnya konsumsi di Jepang, akan mendorong peningkatan ekspor secara kuantitas, namun nominal devisa yang didapat justru berpotensi turun," katanya, Senin (1/4/2013).

 

Gunawan menambahkan, sebagai negara yang menjadikan Jepang sebagai salah satu tujuan ekspornya, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) harusnya dapat pula mengeluarkan kebijakan serupa. Sehingga ada perimbangan antara pelemahan rupiah dan yen, terhadap dolar Amerika.

 

"Sumut yang sangat tergantung pada Jepang dari sisi ekspor. tidak akan memiliki kebijakan untuk menghindari tren pelemahan Yen Jepang. Namun, pemerintah pusat khususnya BI memiliki opsi untuk melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar sehingga dapat mengimbangi pelemahan yen Jepang, di tengah memburuknya APBN, dan rupiah yang berada di kisaran Rp9.700-an per USD, maka kecil sekali kemungkinannya. Rupiah justru bisa melemah lagi, dam Ini akan bermuara pada stagnasi produk domestik regional bruto (PDRB) Sumut dibandingkan dengan 2012 silam," jelasnya.

 

Berdasarkan data BPS Sumut, ekspor Sumut ke Jepang sepanjang 2012 lalu, mengalami penurunan sekira 6,48 persen. Namun begitu, Sumut masih mampu mencatatkan surplus dari neraca perdagangan dengan Jepang sebesar USD37,47 juta. Hal ini dikarenakan Sumut tidak memiliki ketergantungan impor yang tinggi ke Jepang.

 

Begitupun menurut Gunawan setiap stimulus Jepang harus diwaspadai, khususnya terkait investasi ke sektor rill yang tinggi. Seperti investasi sektor rill Jepang ke negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura yang teridentifikasi sebagai industrialis lokal, Namun pada dasarnya akan sangat terpengaruh pada stimulus Jepang, karena merupakan perusahaan asal negeri sakura.

 

"Jepang memang tidak mendominasi impor Sumut. Melainkan Thailand, Singapura dan Malaysia. Tapi siapa sangka kalau pelaku impor dari Thailand, Singapura, dan Malaysia itu sebenarnya orang Jepang. Jadi kita harus mewaspadainya," pangkasnya. (wdi)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...