Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Brand Modern: Selamat Menciptakan Masalah!

Recommended Posts

Singkatan K-Pop yang berarti Korea Pop Culture ternyata ada plesetannya. KPOP = Kelompok Penggemar Operasi Plastik. Wabah K-Pop memang bukan saja memengaruhi selera musik anak muda zaman sekarang, tetapi sudah meluas menggeser definisi kecantikan ala K-Pop itu sendiri.Cantik ala K-Pop adalah yang mempunyai wajah tirus alias V-line, mata lebar, hidung lancip mancung dan rambut lurus. Sebuah studi mengulas bagaimana operasi rekonstruksi dagu mengalami peningkatan 71 persen di Amerika Serikat (AS) karena pengguna chatting via Skype ingin wajahnya tampil lebih baik di monitor komputer. Jadi, pada saat berkomunikasi dengan video chat calls, mereka merasa lebih pede.

 

Media, terutama media sosial, memang sangat kuat peranannya dalam pergeseran kebutuhan benefit konsumen (customer value needs). Penetrasi sebuah konsep dalam hal ini konsep "cantik" menjadi semakin pesat.

 

Problem atau Created Problem?

 

Dalam pemasaran modern, yang menarik adalah bagaimana menggali "potential problem" yang sebenarnya bukan problem asli, tetapi hasil dari "created problem". Problem yang mudah dan umum adalah bagaimana seorang periset mendapatkan insights bahwa sekelompok wanita mengeluhkan kosmetiknya menyebabkan alergi. Problem ini sangat nyata dan ada di hadapan mata.

 

Kosmetik "clinique" menangkap ide ini dan menawarkan solusi alergi bagi wanita dengan kulit sensitif. Jenis problem yang kedua adalah created problem. Jika sebelumnya wanita merasa sangat nyaman dengan penampilannya (yang sedang dan rata-rata), sekarang dibuat tidak nyaman akibat over-exposure terhadap penampilan para artis yang kecantikannya melebihi rata-rata. Sebagai sebuah konsep yang abstrak, definisi cantik itu sangat relatif, sangat subjektif dan kontekstual.

 

"Cantik" dipengaruhi oleh kultur yang berkembang di negara tersebut, dipengaruhi oleh kekuatan media yang menjadi panutannya, dan ini berubah dari masa ke masa. Pasar selalu mengalami evolusi. Hanya, seberapa cepat evolusi itu terjadi, itu tergantung dari para pemainnya. Jangan menunggu problem itu datang. Sebagai pemasar yang jeli, masalah juga bisa hasil kreasi. Di dunia teknologi, "created problem" juga sangat lumrah.

 

Teknologi menawarkan hal baru yang masih asing bagi konsumen, tetapi dengan menawarkan solusi dari "CREATED PROBLEM" tersebut. Pasar dokter kulit jika diperhatikan memang telah mengalami evolusi. Dua puluh tahun lalu dokter kulit hanya didatangi pasien apabila mempunyai masalah atau penyakit dengan kulitnya, fungsi dasar saja.

 

Kita sebut saja ini sebagai "Era Penyembuhan". Evolusi kedua adalah dengan mulai munculnya tawaran dokter kulit untuk merawat kulit agar tidak rusak termasuk menciptakan krim-krim dan rangkaian produk perawatan ramuannya sendiri. Ini adalah "Era Maintenance".

 

Brand yang lahir pada era ini adalah Ristra, dengan icon Dr Retno Trenggono; Klinik Erha dan Klinik Natasya Skin Care lahir pada era ini. Saat ini terjadi evolusi berikutnya, sebut saja sebagai "Era Rekonstruksi". Konsumen tidak hanya membutuhkan perawatan seputar kulit, tetapi mereka ingin tampil lebih dari kondisi natural yang mereka miliki, termasuk rekonstruksi bagian tubuh yang lain.

 

Terjadilah fragmentasi pasar. Pihak yang menangkap kebutuhan ini menjadi meluas ke kalangan salon kecantikan dan rumah sakit bertaraf premium. Ini berarti target audiens tidak lagi terbatas pada wanita yang mempunyai masalah dengan kulit wajahnya.

 

Saat ini wanita yang tidak mempunyai masalah medis dengan kulit wajahnya pun bisa menjadi sasaran empuk jika diberikan cerita yang menarik seputar "transformasi" diri menjadi lebih putih, lebih mancung hidungnya, lebih kencang dan lain-lain.

 

Yang awalnya rekonstruksi ini hanya fokus pada target pasar artis dan tokoh, sekarang sudah menjadi produk/jasa misalnya kepada siapa saja yang ingin cantik sempurna. Nama-nama teknik untuk menjadi cantik sempurna ini juga menjadi beragam.

 

Saya baca di salah satu tabloid dipromosikan metode "Dermal Filler". Dermal filler ini kedengarannya berbeda dibandingkan dengan teknik yang sudah sering kita dengar yaitu suntik kolagen atau suntik plasenta, padahal teknik ini hampir mirip.

 

Penamaan teknik pengerjaannya direbranding sehingga lebih seksi, berbau medis dan sophisticated. Penamaan ulang teknik-teknik ini dilakukan berdasarkan consumer insights yang tajam bahwa konsumen saat ini tergila-gila dengan sesuatu yang akan membuatnya cantik, tetapi mereka masih ragu apabila tidak dilakukan secara medis.

 

Jika "created problem" ini selalu berhasil sebagai modal awal untuk memasarkan produk kecantikan dan produk "rekonstruksi" body dan face, sebenarnya konsep ini bisa ditiru untuk produk dan jasa di kategori lainnya. Tentu saja ini harus ditunjang dengan riset yang seksama agar tidak terjebak pada asumsi permukaan semata. Selamat menciptakan masalah!

AMALIA E. MAULANA. PH.D.

Brand Consultant & Ethnographer

ETNOMARK Consulting

http://www.amaliamaulana.com

@etnoamalia (Koran SI/Koran SI/ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...