Wamentrans Soroti Potensi Kawasan Transmigrasi di Diseminasi Riset TEP

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Tangguh Putra/okezone)

 

 

 

JAKARTA - Duta Besar Sudan untuk Indonesia Abd Al Rahim Al Siddig mengatakan, volume perdagangan antara Indonesia dan Sudan hampir mencapai USD1 miliar. Namun stabilitas perdagangan itu sempat terganggu karena perpecahan Sudan Utara dan Selatan."Banyak para pedagang Sudan mengimpor batik, obat-obatan, kosmetik dan lainnya. Perdagangan ini stabil sebelum adanya pemisahan antara Sudan Selatan dan Utara," ujar Siddig, ketika ditemui wartawan, di Kantor Kedubes Sudan, Jakarta, Senin (25/3/2013).

 

Sebelum terjadinya perpecahan antara Sudan Utara dan Selatan, perdagangan minyak antara Sudan dan Indonesia dinilai cukup baik. Namun hal itu terpaksa dihentikan karena seperti diketahui, ladang minyak negara Afrika Utara itu terdapat di wilayah Sudan Selatan. Sementara itu, perekonomian Sudan Utara lebih ditopang dengan pertanian.

 

Siddig pun berharap, pada masa yang akan datang, volume perdagangan Indonesia dan Sudan akan meningkat kembali. Bersamaan dengan itu, ekspor minyak Sudan ke Indonesia juga diharapkan akan kembali berlanjut.

 

Pada kesempatan itu, Siddig menegaskan kembali cita-cita Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ingin memperkuat hubungan dagang dengan Sudan. Belakangan ini, Indonesia juga mengundang Sudan untuk hadir di Konferensi Kerja Sama Migas.

 

Di akhir kata, Siddig berpendapat bahwa beberapa sektor kerja sama yang patut dilakoni Indonesia dan Sudan adalah perminyakan dan keamanan pangan. Selain itu, kerja sama di bidang pariwisata juga dinilai akan sangat menguntungkan karena Sudan memiliki obyek wisata yang sangat banyak, begitu pula peninggalan dari Kerajaan Nubia.

 

"Sejauh ini, hubungan perdagangan antara kedua negara ini semakin membaik. Hubungan itu harus diperkuat dengan kerjasama di bidang energi dan keamanan pangan," tegasnya. (ade)

 

 

 

Sumber