Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Kisah Parwati Memodernisasi Bank OCBC NISP

Recommended Posts

5tCcsuo5ky.jpgPresiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja. (Foto: Dede/Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Persaingan bisnis perbankan yang semakin ketat membuat bank-bank harus kreatif. Tak ayal, perbankan pun dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan zaman, baik dalam tata kelola manajemen, maupun layanan terhadap nasabah.Hal ini pula yang membuat PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) melakukan beberapa perubahan strategis dalam sejarah keberadaannya di Indonesia. Keluarga Surjaudaja yang merupakan pemilik awal bank ini pun harus realistis dan membuka pintu bagi investor untuk masuk ke NISP.

 

“Yang utama, semua keinginan berubah harus datang dari diri kita sendiri. Baik dari kami sendiri, dan dari anggota keluarga. Kalau kita melihat dulu kenapa keluarga meminta OCBC masuk, karena kita melihat industri ke depannya akan berubah,” jelas Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Parwati Surjaudaja, saat berbincang dengan Okezone, beberapa waktu lalu.

 

Sebelumnya, Bank OCBC NISP telah menarik perhatian International Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada 2001-2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85,06 persen di Bank OCBC NISP.

 

“Sama seperti teman-teman, kita melihat banyak benchmarking, OCBC seperti ini, OCBC seperti itu, bagaimana kita mau belajar sejauh mana. Kalau kita tidak berubah, kita tidak mungkin bisa bertahan di masa yang akan datang.  Itu yang harus kita sadar, itu juga yang membuat kita maju selangkah-selangkah menjadi lebih baik,” tutur Parwati.

 

Dengan dukungan dari OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah menetapkan program yang agresif untuk memperkuat infrastruktur, termasuk sumber daya manusia, teknologi informasi, dan jaringan kantor. Program ini yang kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke OCBC NISP Tower di pusat Jakarta, yang memungkinkan Bank OCBC NISP memiliki akses langsung ke pusat bisnis di Indonesia.

 

“Kalau kita tidak punya sumber daya, ya bukan hanya modal, mungkin juga seperti knowledge yang mapan, sulit sekali untuk kita bersaing ke depannya. Sehingga kalau kita lihat, (itu alasan) kenapa itu kita membuka diri,” jelas dia.

 

Parwati mengungkapkan, proses modernisasi di NISP bukan lah proses sehari-dua hari. Proses yang dilakukannya ini adalah proses bertahap, sedikit demi sedikit.

 

“Itu tahapannya banyak, awalnya jadi bank devisa dulu pada 1990, lalu jadi bank publik pada 1994. Itu tahapan, dari awalnya perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka. Tiba-tiba harus sharing semuanya ke pemegang saham publik dan sebagainya. Itu juga sudah perubahan kerangka berpikir yang luar biasa,” jelas dia.

 

Belajar dari krisis 1998, dia mengakui, usaha perbankan memang tidak bisa ditangani sendiri saja, karena perbankan mengelola dana masyarakat. Sehingga, mau tidak mau, kata dia, pihaknya pun membuka diri kepada pemegang saham publik.

 

“Kalau kita tidak berubah, apakah kita masih bisa bertahan ke depannya,. Tapi itu kenyataannya, kalau kita tidak berubah, bagaimana kita bisa bersaing. Peta industri sekarang kan berbeda sekali,” ucap Parwati. (wdi)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...