Kala PNM Dampingi Ibu-ibu Mekaar Berperan Sebagai Penguat Keluarga

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melanjutkan pelemahan. Hal tersebut seiring dengan kenaikan dolar AS setelah rilis mengalami kenaikan penjualan ritel AS menjadi 1,1 persen, dari sebelumnya 0,2 persen.Kepala Riset Trust Securities mengatakan, dengan kenaikan tersebut timbul sedikit kekhawatiran terhadap percepatan penarikan stimulus moneter dari The Fed.  Dengan adanya penarikan stimulus tersebut, maka dolar AS akan kembali menguat.

 

"Di sisi lain, sentimen negatif lainnya, hasil lelang obligasi Italia yang tidak mencapai target 7,25 miliar euro dari hanya 7 miliar euro, dan yield obligasi Italia naik ke 2,48 persen dari lelang sebelumnya 2,3 persen untuk tenor tiga tahun seiring kekhawatiran ketidakstabilan politik di Italia," kata dia di Jakarta, Jumat (15/3/2013).

 

Menurutnya, meski rilis data dari Australia cukup baik, dimana tingkat pengangguran Australia untuk Januari tetap di 5,4 persen, dan jumlah orang yang bekerja bertambah jadi 71,5 ribu dari publikasi sebelumnya 13,1 ribu. Namun, hal ini belum dapat mengantarkan kenaikan rupiah. "Sentimen yang ada belum mampu mendorong pergerakan rupiah menjadi positif,"jelasnya.

 

(mrt)

 

 

 

Sumber