Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

TAJUK: Dilema Pencalonan Gubernur BI

Recommended Posts

AGUS Martowardojo, yang kini menjabat Menteri Keuangan, diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia, melalui surat ke Dewan Perwakilan Rakyat tertanggal 22 Februari 2013.

 

 

 

Pencalonan nama Agus ini adalah yang kedua kalinya, setelah pada 2008 silam bersama Raden Pardede dicalonkan sebagai Gubernur Bank Indonesia, tetapi gagal. Keluarnya nama Agus sebagai kandidat cukup mengejutkan. Pertama, Agus sekarang ini adalah Menteri Keuangan yang masih aktif. Kedua, Darmin Nasution sebenarnya masih sangat layak untuk memimpin Bank Indonesia periode kedua.

 

 

 

Masa jabatan Darmin Nasution sendiri baru akan berakhir 23 Mei mendatang. Selama menjabat Gubernur Bank Indonesia sejak 2008, Darmin banyak membuat gebrakan kebijakan, antara lain pengelolaan suku bunga yang cenderung tidak konvensional. Ia berani melawan arus dengan kebijakan bunga rendah dan terbukti berhasil dan mampu menjinakkan inflasi.

 

 

 

Di masa lalu, strategi menjinakkan inflasi kerap didekati dengan kebijakan ortodoks, menaikkan suku bunga. Dan kebijakan ekstra-ortodoks pernah diambil pada krisis keuangan 1998, di mana tingkat bunga dikerek luar biasa tinggi, dan terjadilah kebangkrutan perbankan, perusahaan dan ekonomi nasional. Demi melawan pola kebijakan ortodoks itu, selama 5 tahun terakhir Bank Indonesia berhasil meletakkan dasar yang baru dalam kebijakan suku bunga acuan. Kebijakan itu terbukti manjur menjaga stabilitas ekonomi makro nasional.

 

 

 

Maka, ditambahkan dengan beberapa kebijakan lain untuk mengaitkan perbankan dengan sektor riil, Darmin sesungguhnya masih sangat pantas untuk kembali menjabat sebagai Gubernur BI untuk masa jabatan kedua hingga 2018 mendatang. Namun, fakta mengatakan lain. DPR telah menerima surat resmi dari Presiden, yang mengajukan nama Agus Martowardojo sebagai kandidat Gubernur Bank Indonesia berikutnya.

 

 

 

Kalau akhirnya terpilih, Agus tentu akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Sebagai mantan bankir kawakan yang membesarkan Bank Mandiri dan beberapa bank yang dikelola sebelumnya, Agus dikenal sangat prudent dalam mengelola keuangan. Sebagai catatan, latar belakang mikroprudensial yang dimiliki Agus akan berhadapan dengan situasi yang berbeda dalam periode kepemimpinan bank sentral 5 tahun ke depan. Pasalnya, Bank Indonesia justru akan kian dihadapkan pada tantangan makroprudensial.

 

 

 

Di sinilah ujian yang sebenarnya bagi Agus Marto, apabila nantinya terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru, yakni bagaimana mengelola stabilitas ekonomi dari sudut pandang makroprudensial, bukan lagi mikroprudensial. Apalagi, Bank Indonesia tidak lagi mengelola kebijakan langsung menangani perbankan, sehubungan dengan telah beroperasinya Otoritas Jasa Keuangan. Hanya bank-bank yang dianggap memiliki dampak sistemik-lah yang masih dipantau oleh Bank Indonesia, alias melapor ke dua institusi yakni BI dan OJK.

 

 

 

Dengan kata lain, kepentingan bank sentral 5 tahun ke depan akan lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan kebijakan makromoneter, pengendalian inflasi dan stabilitas sektor keuangan. Artinya, bukan lagi pengelolaan kebijakan mikro perbankan.

 

 

 

Oleh karena urgensi persoalan yang berbeda itulah, harian ini patut menggarisbawahi sekaligus berharap agar pencalonan Agus oleh Presiden kali ini benar-benar atas dasar pertimbangan strategis itu.

 

 

 

Kita tentu berharap, pencalonan Agus sebagai Gubernur BI bukan berawal dari kepentingan politis, dan bukanlah cara halus atau reshuffle diam-diam. Pasalnya, sikap Agus yang firm dan berhadapan dengan banyak kepentingan dalam mengelola kebijakan fiskal, telah membuat banyak pihak tidak happy.

 

 

 

Meski begitu, kita tetap optimistis bahwa Agus, apabila terpilih oleh DPR sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru, mampu memposisikan diri sebagai pengelola kebijakan makro yang tangguh, sebagaimana telah ia lakukan ketika harus berhadapan dengan banyak kepentingan dalam pengelolaan kebijakan fiskal. Dan sejalan dengan itu, apabila benar pada akhirnya Agus Marto harus pindah kantor dari Lapangan Banteng – markas Kementerian Keuangan – ke Bank Indonesia, Presiden dapat memilih penggantinya sebagai Menteri Keuangan yang juga firm dan independen.

 

 

 

Pasalnya kita semua tahu, 2 tahun ke depan hingga 2014 adalah tahun pemilu, yang akan diwarnai banyak kepentingan yang mudah menggoda pihak-pihak yang terbiasa menabrak kaidah good governance dan mengorbankan kepentingan nasional yang lebih besar. (yus)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...