Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PTPN III Gandeng Ferrostaal Bangun KEK Sei Mangkei Tahap II

Recommended Posts

MEDAN – PTPN III Gandeng PT Ferrostaal Indonesia membangun Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Tahap II yang berlokasi di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, sebagai pengembangan kawasan proyek MP3EI Koridor Sumatra.  

 

Kepala Bappeda Provinsi Sumut Riadil Akhir Lubis menyebutkan PT Ferrostaal Indonesia berencana menamankan modal di kawasan Masterplan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP2EI) senilai US$ 161 Juta.

 

Ferrostaal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perlengkapan, jasa, kemasan, dan makanan, sedangkan Ferrostaal Indonesia lebih fokus dibidang energi, minyak dan gas, petrokimia, logam, dan pertambangan, serta jasa teknik.

 

“Mereka [Ferrostaal Indonesia dan PTPN III] akan melakukan penambahan dua industri baru di KEK Sei Mangke, yakni industri tocotroenol/b-carotene dan outside battery limit [OSBL],” jelas Radil, kepada Bisnis, akhir pekan lalu, Jumat (22/2).

 

Dia juga mengakui pada 2012, perusahaan itu juga telah membangun sejumlah unit usaha dibidang industri, diantaranya pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi 250.000 ton per tahun, dan pabrik cooking oil dengan kapasitas produksi 600.000 ton per tahun.

 

Dia menyebutkan KEK Sei Mangkei diharapkan telah berproduksi penuh pada 2015. Sejak 2015, ujarnya, kebutuhan gas 4,114 juta mmbtu per tahun, sedangkan untuk kebutuhan listrik dan air diperkirakan masing-masing mencapai 40,00 megawatt dan 30 meter kubik per jam.

 

Sementara itu, paparnya, kebutuhan listik di KEK Sei Mangke pada tahun ini mencapai 18,70 megawatt, pada 2014 mencapai 28,70 megawatt. Kebutuhan air pada 2013 hingga 2014 diperkirakan mencapai 530 meter kubik per jam.

 

Luas areal lahan di KEK Sei Mangkei mencapai 2.002,7 hektare dengan rincian 69% lahan untuk kawasan industri 16%, 15% lahan untuk infrastruktur, saran dan prasarana industri, serta sisanya untuk pendukung kegiatan usaha.

 

Sebelumnya, nilai tambah produk komoditas yang telah diolah di dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara atau sumbangan kawasan itu terhadap prodok domestik regional bruto atau (PDRB/ekonomi) Sumut diperkirakan bisa mencapai Rp2,2 triliun.

 

Koordinator Konsultan Kawasan Industri Sei Mangkei C/ekonomi) Hairul Muluk mengatakan nilai tersebut di dapat dari sekitar 100.000 ton crude palm oil/CPO yang diolah menjadi produk turunan.

 

Menurutnya selama ini, bila hanya dari bahan mentah, tidak ada nilai lebih yang bisa dihasilkan, sedangkan ketika telah diolah menjadi bahan turunan akan membuat kelapa sawit yang dijual tersebut 75% lebih mahal.

 

“Tentu akan ada nilai tambah untuk ekspor kelapa sawit di Sumut, kalau ada 100.000 ton CPO yang dibuat menjadi turunan maka nilainya bisa mencapai Rp2,2 triliun,” ujar Hairul yang juga Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Perkebunan Nusantara III, Kamis (14/2).

 

Selain itu, produksi sejumlah komoditas pun dipastikan akan meningkat, misalnya saja kelapa sawit akan meningkat 40%, asam lemak 60%, margarin 180%, dan sulfat 700%.

 

Di samping itu, keberadaan Sei Mangke sebagai pusat industri akan memberi dampak yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di Simalungun, dan Sumatera Utara pada umumnya.

 

Oleh karena itulah dia berharap agar ada kejelasan status lahan sehingga investor dapat segera masuk dan berinvestasi di sana. “Status lahan ini harus diperjelas sehingga Unilever dapat segera masuk. Kalau sampai dia mundur, jangan harap investor lain akan masuk,” tuturnya. (K10/faa)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...