Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

INDONESIA FASHION WEEK: Stand Jessica Febriani banyak diminati

Recommended Posts

JAKARTA--Yang muda yang berkarya. Mungkin pepatah ini cocok bagi Jessica Febriani yang ikut meramaikan booth Indonesia Fashion Week 2013, dengan label Moretosee Boutique

 

Standnya di area busana cocktail & party zone di ruangan Assembly Hall Jakarta Convention Center, cukup ramai dikunjungi tamu, terutama kaum ibu dan kalangan muda.

 

“Saya memang menyediakan busana untuk kaum perempuan yang dinamis dan suka fashion dengan rentang usia 18-45 tahun,” kata Jessica, Minggu (17/2) saat ditemui di standnya.

 

 

Perempuan muda kelahiran Denpasar, 20 Februari 1989 ini, sejak usia belasan tahun sudah menekuni bisnis fashion. Mulai dari sepatu, tas, hingga busana, serta aksesoris.

 

Sejak dua tahun terkahir dia lebih fokus membuat busana bernuansa etnik dan muda. Misalnya, Jessica membuat gaun malam dan blus dari bahan tenun Lombok yang dipadukan dengan sutera.

 

Ada juga kemeja katun polos yang dimodifikasi dalam warna-warna cerah, seperti merah, merah muda, hijau, kuning, oranye, dan biru. Modelnya bisa berupa blus kelelawar yang lebar, atau berpotongan princes, serta blus longgar yang tetap diberi aksen kerah sebagai pertanda itu diolah dari gaya kemeja.

 

“Saya ingin mengangkat bahan asli Indonesia, seperti tenun, batik, tenun ikat, dan songket, dan bahan sutera. Begitu pula dengan blus warna-warni dibuat dari bahan katun,” ungkap Jessica disela-sela melayani tamunya.

 

Sebelum mengolah bahan tenun, songket, dan batik, Jessica lebih dikenal sebagai desainer sepatu More to see yang pasarnya untuk kalangan perempuan muda. Bahkan produknya sudah sempat diekpor ke beberapa negara.

 

“Setelah memikirkan langkah ke depan, maka saya dan tim lebih memilih ikut mengangkat bahan tradisional dari kekayaan lokal seperti tenun, tenun ikat, dan batik. Ternyata peminatnya juga banyak. Alhamdulillah, produk kami laris juga,” ungkap Jessica yang mematok harga Rp200.000-Rp1 juta untuk satu potong busananya.

 

Selain membuat baju, dia juga menawarkan tas dari bahan tenun yang dipadu dengan bahan kulit. Ada juga kain tenun Bali, dan tenun Lombok, serta songket dan batik.

 

Untuk mengerjakan semua produk ini, katanya, dia memiliki sekitar 13 pegawai. “Kami membuatnya sendiri, mulai dari mendesain, memilih bahan, dan menjahitkannya. Dalam sebulan untuk blus katun bisa mencapai 100 potong. Sedangkan busana dari bahan tenun atau songket, tergantung permintaan,” ujar Jessica yang memiliki dua toko di Jakarta untuk memasarkan produknya.

 

Dia mengaku untuk lebih memperkenalkan produk ke masyarakat, dia juga sering ikut pameran di dalam negeri. Selain itu mengadakan pergelaran busana tunggal.

 

Menurut dia, pasar busana untuk konsumen lokal saja masih besar. “Tapi semua itu bergantung pada kreativitas desainer, mau menampilkan model apa, mau mengambil segmen pasar yang mana. Yang penting adalah fokus dan terus berinovasi, sehingga tidak bisa ditiru orang lain. Ketika dicontek, kita sudah membuat yang baru lagi. Begitu terus,” ungkap Jessica menyampaikan kiat bisnisnya. (msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...