Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

CHRISTOF RUHL: Subsidi Berbahaya bagi Ekonomi

Recommended Posts

JAKARTA—BP Statistical Re­­view mencatat konsumsi energi du­nia tumbuh sebesar 2,5% pa­da tahun lalu. Dari konsumsi energi itu, minyak bumi masih memegang peranan utama hingga 33,1% dari total konsumsi itu.

 

Indonesia sebagai salah satu produsen dan juga mengkonsumsi energi yang cukup besar. Bah­kan, negara ini masih memberikan subsidi BBM, sementara di berbagai belahan dunia, pola itu mulai ditinggalkan. Berkaitan dengan itu, Bisnis mendapatkan kesempatan mewawancari Group Chief Economist and Vice Pre­­si­dent BP Plc Christof Rühl di Hotel Mulia Rabu (6/9). Berikut petikannya.  

 

Menurut Anda, apakah iklim investasi di Indonesia di sektor energi sudah membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya?

 

Saya rasa sudah lebih baik.. Memang membaiknya tidak langsung cepat, tetapi berjalan pelan-pelan, banyak ups and downs. Namun, kalau Anda bandingkan kondisi diskusi ini dibandingkan dengan 10—15 tahun lalu tentang industri minyak, saat ini diskusi juga sudah berkembang tentang gas.

 

Bagaimana Anda melihat peran Dewan Energi Nasional (DEN)?

 

Peran lembaga seperti DEN sangat penting, di beberapa negara, termasuk Indonesia. Pasalnya, energi itu berbeda dengan produk lain, dia butuh perlakuan khusus dan strategi. Peran DEN menjadi penting. Ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya lembaga itu. Pertama, uang yang terlibat di sektor ini sangat besar, baik bagi produsen maupun konsumen. Kedua, energi selalu melibatkan jangka waktu yang panjang hingga hitungan dekade, yakni hingga 20—30 tahun dan bisa melampaui beberapa generasi. Ketiga, energi selalu bersifat internasional, baik produsen mau pun konsumen. Anda tidak bisa melihat hanya negara kalian saja karena bergan­tung pada negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan kehadiran DEN untuk mengatur strategi itu.

 

Apa pandangan Anda soal subsidi BBM?

 

Pelajaran yang paling penting untuk Indonesia sebetulnya adalah subsidi BBM. Sebenarnya subsidi bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Kondisi itu tercipta ketika negara berada dalam situasi impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspornya.

 

Hal ini masih bisa dilakukan apabila kondisi ekonominya baik, seperti yang sedang terjadi di Indonesia sekarang. Namun, dalam jangka panjang, bisa berbahaya. Kalau kondisi ekonomi jelek, kemampuan keuangan negara akan terbatas untuk terus-menerus lakukan impor BBM. Subsidi BBM bisa berbahaya bagi ekonomi, terutama jika keadaan ekonomi negara tidak sebaik seperti sekarang. Kalau pasokan domestiknya berkurang makanya harus impor. Artinya, bila terus- menerus dilakukan bisa ber­bahaya.

 

Ada rekomendasi untuk perbaikan subsidi BBM?

 

Di mana-mana, subsidi itu adalah hal yang sulit. Memang selalu susah untuk menghapus subsidi. Namun, masalahnya, selalu ada alasan untuk memberikan subsidi yaitu untuk memberikan akses energi kepada masyarakat.

 

Masalahnya, sistem subsidi BBM yang ada sekarang di Indo­­ne­­sia masih berlaku untuk se­­mua orang. Ini hal yang sulit, apalagi itu diberlakukan di negara yang demokratis seperti Indonesia.

 

Banyak pertimbangan nonekonomi untuk mencabut subsidi BBM. Meski demikian, harus ada satu kebijakan mengenai well targeted fuel subsidy. Saat ini harga bensin masih murah, orang dengan kendaraan mewah juga masih bisa membeli BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Padahal itu salah target.

 

Saat ini harga minyak dunia mulai stabil, bagaimana pro­yek­­si harga minyak tahun depan?

 

Sulit, siapa pun tidak bisa menebak harga minyak. Ada dua hal yang menjadi faktor utama yang memengaruhi naik-turunnya harga minyak. Harga minyak ada kemungkinan naik kalau terjadi situasi memanas di Timur Tengah seperti tahun lalu. Tapi di sisi lain, harga minyak bisa turun kalau ada keseimbangan antara supply and demand. Secara prinsip, sulit menebak harga minyak.

 

Untuk 2013, apakah kondisi di Indonesia akan berbeda di­­bandingkan dengan tahun ini?

 

Saya rasa tahun depan tidak ada apa-apa yang akan terjadi, tidak akan banyak berbeda dibandingkan dengan tahun ini. Melainkan perlu diingat bahwa apa yang akan terjadi di Indo­ne­sia tidak hanya bergantung pada situasi yang terjadi di Indonesia saja. No country is an island.

 

Jadi yang akan terjadi di Indonesia akan tergantung pada kondisi yang terjadi di belahan dunia lain. Dari belahan dunia lain itu, Indonesia bergantung pada tiga hal.

 

Pertama, kondisi di Eropa yang sekarang lagi krisis. Kedua, di Amerika Serikat ada fiskal defisit yang sangat besar. Ketiga, ada perlambatan pertumbuhan ekonomi di China. Ketiganya atau salah satu dari ketiga ini bisa juga berdampak bagi Indonesia. Mulai 2013 dan ke depannya, perekonomian dunia masih akan tum­buh lambat. Melainkan Indonesia masih bisa tetap tumbuh jika tiga hal tadi bisa dikelola dengan baik.  

 

Bagaimana Anda melihat prospek bisnis gas?

 

Permintaan gas secara global meningkat. Struktur harga akan menentukan keputusan in­­vestor untuk investasi atau tidak. Pros­pek bisnis gas di Indonesia ma­­sih sangat bagus karena dua hal.

 

Pertama, keberadaan sumber dayanya di Indonesia melimpah. Kedua, lokasi Indonesia yang strategis terhadap pasar gas utama yakni di Asia. Dua hal ini merupakan kondisi utama me­­nga­pa prospek gas di Indonesia sangat positif.

 

Pewawancara: Vega Aulia Pradipta

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...