Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Mencermati Sikap Politik Hary Tanoe

Recommended Posts

Awal pekan ini kita menyaksikan dinamika internal di Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Hary Tanoesoedibyo, Ketua Dewan Pakar partai, itu menyatakan mundur dari jabatan dan keanggotaannya. Ini sebuah pernyataan resmi pecahnya kongsi politik antara Hary dan Ketua Majelis Nasional Nasdem Surya Paloh.

 

Mari kita lihat sekilas perjalanan Hary Tanoe sebelum terjun ke dunia politik. Dua dekade silam, siapapun yang mengakrabi lantai bursa pasti mengenal sosok  Hary Tanoe. Melalui perusahaan sekuritas, Bhakti Investama, dia dikenal sebagai pedagang ulung saham-saham di bursa.

 

Pelan, tapi pasti, aktivitas transaksi pasar modal itu membawanya dekat dengan Bambang Trihatmojo, putera Presiden Soeharto. Sejak saat itu, bisnisnya terus berkembang. Ketika kejatuhan politik Soeharto, Hary tetap bertahan ketika mitra bisnisnya, Bambang Trihatmojo tenggelam bersama kejatuhan keluarga Cendana.

 

Dalam tempo kurang dari 15 tahun Harry Tanoe berhasil membangun bisnisnya. Dalam catatan Forbes 2011, Harry menduduki peringkat ke-22 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$1,19 miliar.

 

Dia mengendalikan grup perusahaan media, PT Global Mediacom. Melalui kelompok usaha ini, Hary menguasai PT Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi stasiun televisi salah satunya RCTI.

 

Menurut perkiraan, televisi milik Hary menguasai pangsa pasar 38%. Bandingkan dengan pesaing terdekatnya di bidang media, Chairul Tanjung yang menguasai pangsa pasar 24,8%. Lalu, keluarga Sariaatmadja, lewat Elang Mahkota media group menguasai 23,8%.

 

Harry juga memiliki TV berbayar anak usaha PT MNC Skyvision, operator TV berbayar terbesar di Indonesia, dengan 1,4 juta pelanggan. Selain TV dan Surat kabar, Harry juga  mengembangkan media sosial lokal serta game online yang mulai tumbuh pesat di negeri ini.

 

Dengan kekuatan media ini, publik menaruh perhatian penuh ketika Hary merapat ke Nasdem dan berskutu dengan Surya Paloh yang juga memiliki Metro TV dan Surat kabar Media Indonesia. Aliansi keduanya diperkirakan akan menyaingi konglomerat Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar yang juga memiliki media.

 

Kendati terjun ke dunia politik, Harry pernah secara eksplisit menyatakan, dia tak akan mencalonkan diri sebagai presiden ataupun sebagai anggota DPR. Dia tetap ingin fokus di bisnis, tapi mendukung sepenuhnya partai yang baru didirikan itu. Tentu saja melalui kampanye-kampanye iklan dan berita di  media.

 

Dalam sebuah wawancara dengan media asing, dia pernah begitu percaya diri dengan Partai Nasdem yang memperjuangkan reformasi hukum yang kuat dan berjuang untuk pemberantasan korupsi. Platform itu yang membuat dia yakin kalau partai itu akan memenangkan pemilu (2014) dengan kisaran 30%-40% suara.

 

Namun, harapan dan cita-cita Hary untuk membesarkan Nasdem ber­akhir sudah. Akibat perbedaan pendapat dengan Surya Paloh dalam me­­­nen­­­­­­­tukan struktur kepengurusan, dia menyatakan mundur.  Berita yang tentu tidak sedap bagi konsolidasi sebuah partai baru. Seperti diketahui Nasdem  merupakan satu-satunya partai baru yang lolos dalam Pemilu 2014.

 

Sekarang publik menunggu kemana gerangan aliansi politik yang  akan dibangun oleh konglomerat media itu. Berbagai pengamat ber­spekulasi kalau dia akan ke Gerindra. Namun, serta-merta dia membantah kemungkinan itu.

 

Dugaan lain Harry akan menopang Golkar. Dugaan itu didasarkan pada transaksi bisnis antara Hary dan Ical Bakrie yang adalah Ketua Umum Golkar melalui aset-aset Bakrieland Development.

 

Belum lama ini, Hary  membeli PT Bakrie Toll Road yang mempunyai, lima konsesi jalan tol. Yaitu, Ciawi-Sukabumi, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pe­­­­malang, Batang-Semarang dan Pasuruan-Probolinggo. Lalu Hary juga mem­­­­beli 50% kepemilikan Bakrieland  di Lido Resort yang mengelola re­­­­sort dan lapangan golf. Total  transaksi aset-aset itu mencapai Rp3 triliun.

 

Apakah hubungan bisnis antara Hary dan Ical membawa mereka untuk beraliansi secara politik, tak ada satu pun yang bisa memastikan. Yang pasti, Hary karena kekayaan dan media yang dimilikinya akan diincar  oleh partai manapun.

 

Andaikan saja tidak dia tidak berlabuh di partai politik manapun, kita berharap agar Hary melalui medianya tetap mengkampanyekan reformasi hukum dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Ini juga sebuah panggilan berpolitik.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...