Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

HASIL RISET: Publik belum siap gunakan mobile wallet

Recommended Posts

JAKARTA-- Saat Bank Indonesia sedang bersemangat mengkaji mobile money sebagai salah satu wujud branchless banking, hasil riset yang dilakukan ICM Research di Inggris menunjukkan masyarakat di era digital ini belum siap memanfaatkan sistem pembayaran melalui perangkat mobile phone.

 

Mengutip artikel karya Kevin May berjudul "Reality check: Consumers not ready for mobile wallet" yang dipublikasikan situs Tnooz.com pada Jumat (4/1/2013), riset yang dilakukan ICM kepada 2.000 responden menghasilkan fakta sekitar 80% dari responden mengetahui beberapa mobile device bisa berguna sebagai alat pembayaran (mobile wallet).

 

Namun, dari 2.000 responden hanya 8% yang memanfaatkan telepon selulernya sebagai alat pembayaran, layaknya uang yang tersimpan di dalam dompet.

 

Sekitar 34% dari responden akan mempertimbangkan memakai ponselnya untuk bertransaksi keuangan, mendapatkan voucher, membeli tiket konser, atau tiket perjalanan.

 

Uniknya, hampir separuh responden (51%) terdorong mengakses mobile wallet apabila diiming-imingi potongan harga atas layanan yang mereka gunakan melalui ponsel.

 

"Penawaran insentif seperti potongan harga akan mendorong adopsi penggunaan mobile wallet lebih luas," demikian pernyataan ICM Research.

 

Sekalipun ada iming-iming potongan harga, para responden ini tetap mengkhawatirkan keamanan bertransaksi melalui mobile wallet, sebagaimana halnya berbelanja melalui toko online.

 

Alasannya, mereka kurang nyaman mencantumkan nomor PIN, passwords, dan detail kartu kredit seandainya memanfaatkan ponsel sebagai alat pembayaran.

 

Menurut ICM, faktor keamanan menjadi pekerjaan rumah bersama sebelum mempromosikan mobile wallet dibandingkan dengan meningkatkan penetrasi penggunaan smartphone.

 

Tetapi, para responden bersedia menggunakan mobile wallet jika sejumlah faktor penunjang keamanannya terpenuhi, a.l. penyediaan jaminan kerugian finansial oleh bank atau provider (56%), memasukkan nomor PIN pada setiap transaksi (43%) atau beberapa transaksi (37%), leluasa mematikan ponsel dari jarak jauh jika dicuri (40%), bisa menentukan batasan maksimum transaksi harian (34%), identifikasi wajah (33%), dan identifikasi suara (24%) melalui ponsel yang berfungsi sebagai mobile wallet.

 

Associate Director ICM Research Jamie Belnikoff menuturkan para penyedia mobile wallet perlu menggabungkan insentif dan perhitungan keamanan guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat menggunakan mobile wallet.

 

Di Indonesia, bank sentral masih mengkaji penerapan mobile money, yakni ponsel dapat dijadikan sarana penyimpanan uang dalam bentuk sebuah akun pada bank tertentu, sebagai salah satu implementasi branchless banking.

 

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah pernah mengatakan pembahasan mobile money ini melibatkan banyak pihak, seperti BI, telekomunikasi, bank, PT Pos Indonesia, dan sebagainya.

 

Konsep branchless banking sebenarnya merupakan bagian dari pilar keempat dari kebijakan keuangan inklusif yang dirumuskan BI. Pilar keempat merupakan saluran distribusi yang berupaya meningkatkan jangkauan layanan lembaga keuangan formal terhadap kelompok masyarakat di pelosok.

 

Sejauh ini, realisasi pilar keempat financial inclusion adalah pemanfaatan optimalisasi jaringan kantor pos se-Indonesia.

 

BI berharap melalui konsep branchless banking, tanpa mendirikan infrastruktur kantor bank, daerah remote atau terpencil tetap dapat terlayani fasilitas perbankan. (Foto:groupin.pk) (msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...