Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

LINGKUNGAN: Waduh, Pemkot Balikpapan hentikan dana untuk beruang madu

Recommended Posts

BALIKPAPAN: Pemerintah Kota Balikpapan menghentikan pendanaan untuk Kawasan Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) di Km 23 Jalan Soekarno-Hatta.

 

"Kami belum tahu alasan resminya penghentian dana tersebut," kata Hamsuri, Direktur KWPLH, Rabu (2/1).

 

Kawasan di utara Kota ini utamanya adalah tempat enam ekor beruang madu (Helarctos malayanus) yang selama ini dipelihara. Beruang madu adalah Maskot Kota Balikpapan.

 

Selain menghentikan pendanaan untuk KWPLH, Pemkot juga berencana mengubah kawasan seluas 9,5 hektare tersebut menjadi bumi perkemahan.

 

Sejak 2005, saat beruang madu ditetapkan sebagai Maskot Kota Balikpapan, Pemkot mengucurkan dana Rp100 juta per tahun untuk biaya makan 5 ekor beruang, dan kemudian bertambah satu lagi hingga menjadi enam ekor beruang madu.

 

"Tentu saja jumlah itu tidak cukup untuk setahun. Kami menggali sumber-sumber dana lain untuk mencukupinya," sambung Hamsuri.

 

Dari enam ekor berung madu di KWPLH, 4 ekor di antaranya jantan dan dua ekor betina.

 

Mereka berusia mulai dari 6 tahun hingga 10 tahun. Beruang-beruang jantan bernama Bennie, Bedu, Harris, dan Idot.

 

Bila kawasan itu dijadikan bumi perkemahan, beruang madunya akan dipindahkan ke Inhutani di Km 10 Jalan Soekarno-Hatta. Kawasan yang dikelola Inhutani ini dulunya adalah semacam kebun binatang mini.

 

Sampai hari ini, masih tersisa beberapa hewan seperti sejumlah monyet yang dipelihara di dalam kandang-kandang sempit.

 

Hamsuri menyebutkan, bahwa hingga saat ini tidak ada penjelasan resmi mengapa pendanaan untuk KWPLH dihentikan dan beruang madu direlokasi.

 

Selama enam tahun terakhir, beruang madu dipelihara di KWPLH dalam hutan alam seluas 1,3 hektare. Kawasan itu diberi pagar beraliran listrik agar beruang-beruang tersebut tidak keluar dari hutannya.

 

"Karena mereka bukan beruang yang liar. Semuanya dulu adalah hewan yang dipelihara secara ilegal yang kemudian disita," jelas Hamsuri lagi.

 

Karena itulah, meski hidup di dalam hutan tersebut, para beruang masih harus diberi makan buah-buahan yang dibelikan dari pasar. (Antara/arh)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...