Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

BPS SULSEL: Penjualan Produk Sandang Picu Inflasi 2012 Sebesar 4,57%

Recommended Posts

MAKASSAR--Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat pertumbuhan penjualan produk sandang yang cukup signifikan di daerah ini menjadi pemicu utama inflasi Sulsel sepanjang 2012 sebesar 4,57%, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat hanya 2,87%.

 

Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan arus penjualan produk sandang yang naik drastis sepanjang 2012 menjadikan kelompok pengeluaran ini sebagai penyumbang terbesar inflasi Sulsel.

 

 

Dimana, dalam kurun waktu enam tahun terakhir, inflasi 2012 sebesar 4,57% tersebut menempati urutan keempat atau jauh berada di bawah inflasi Sulsel pada 2008 yang mencapai 11,79%.

 

 

"Indeks kelompok sandang pada 2012 cenderung mengalami peningkatan, apalagi di pusat-pusat perbelanjaan di Makassar dan daerah lain di Sulsel sering menggelar promo diskon untuk produk sandang sehingga mendorong pertumbuhan konsumsi untuk kelompok ini," kata Nursam, Rabu (2/1/2013).

 

 

Berdasarkan data BPS Sulsel, laju inflasi di daerah ini sepanjang Januari-Desember 2012 menurut kelompok pengeluaran, menempatkan kelompok sandang di posisi teratas dengan 7,09%, diikuti bahan makanan 6,56% dan kelompok makanan jadi sebesar 5,03%.

 

 

Khusus di penghujung 2012, perkembangan indeks harga konsumen (IHK) di Sulsel mencapai 136,13 poin yang merupakan gabungan 4 kota IHK yakni Makassar, Parepare, Palopo dan Watampone mengalami inflasi sebesar 0,59% pada Desember 2012.

 

 

Makassar menjadi kota IHK Sulsel dengan laju inflasi terbesar 0,63% yang dipicu kenaikan harga sejumlah komoditas bahan makanan yang melonjak pada Desember. Sementara Parepare menjadi kota IHK Sulsel dengan laju inflasi terendah dengan 0,40%.

 

 

"Komoditas kelompok bahan makanan yang paling menonjol mengalami kenaikan harga yakni cabe merah, telur ayam ras, dan bawang merah. Dimana secara kumulatif, pada kelompok bahan makanan ini terjadi perubahan indeks 1,33% dibandingkan November," papar Nursam.

 

 

Menurutnya, pola konsumsi masyarakat Makassar yang cenderung memanfaatkan makanan jadi ikut mendorong laju inflasi Desember bersama kelompok minuman, rokok dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,12%. Dengan perubahan indeks konsumen kelompok ini pada Desember 0,72% dibandingkan bulan sebelumnya.

 

 

Adapun pada 4 kelompok pengeluaran lainnya, yakni kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sandang, pangan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami perubahan indeks yang ikut memicu laju inflasi Kota Makassar pada Desember 2012.

 

 

"Tercatat, dari 7 kelompok pengeluaran, hanya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami deflasi di Desember sebesar 0,06%," ujarnya.

 

 

Secara nasional, laju inflasi Makassar posisi Desember 2012 menempati urutan ke 27 dari 66 kota IHK di Indonesia yang secara keseluruhan mengalami inflasi di penghujung 2012.

 

 

Sementara itu, Pemimpin Bank Indonesia Wilayah I Sulampua, Mahmud Arsin mengungkapkan untuk outlook inflasi Sulsel 2013 diperkirakan pada kisaran 4,45%-4,95%.

 

 

"Inflasi 2013 diprediksi masih tetap terkendali, dan tidak jauh dari inflasi sepanjang 2012 sebesar 4,57%," kata Mahmud.

 

 

Menurutnya, inflasi volatile food diproyeksi tetap terkendali karena produksi pangan diperkirakan relatif cukup baik di 2013. Sementara inflasi administered price diperkirakan relatif meningkat pada awal tahun jika pemerintah kemudian menerapkan kebijakan penyesuaian harga elpiji dan tarif dasar listrik (TDL). (K46)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...