Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PRODUKSI MINYAK: Target Sulit Dicapai, KKKS Enggan Masuk Daerah Terpencil

Recommended Posts

JAKARTA--Pengamat energi dari ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan target produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2014 sulit tercapai. Hal ini disebabkan oleh keengganan investor atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk eksplorasi daerah sulit.

 

 

Menurutnya, Indonesia membutuhakan investor yang berani mengambil resiko untuk bereksplorasi di daerah yang belum disentuh. Namun, yang terjadi saat ini justru investor enggan eksplorasi di daerah yang belum disentuh.

 

 

“Karena keengganan pelaku untuk mengekplorasi daerah yang belum disentuh. Ada yang melakukan beberapa kali di Indonesia Timur, namun dry hole, saya ingat ada dua, ya memang beresiko, kita butuh mereka yang mau melakukan itu,”  ujarnya, Jumat (7/12).

 

 

Cara agar para investor berminat berinvestasi di daerah sulit adalah menjaga iklim investasi, mulai dari membuat skema bisnis yang lebih menarik, mudahnya birokrasi, dan sebagainya. Pasalnya, daerah yang belum tersentuh rata-rata beresiko tinggi sehingga jika iklim tidak mendukung, maka tidak akan ada yang mau berinvestasi.

 

 

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan investasi hulu migas seharusnya mendekati kawasan-kawasan remote area, laut dalam, dan daerah beresiko lainnya. Untuk itu, para investor yang berani mengambil resiko, maka harus diberikan kemudahan. “Kemudahan berupa iklim investasi yang baik, mengingat resiko yang tinggi.”

 

Pengurus IPA yang juga Presiden IPA 2012 Elisabeth Proust menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengundang investasi.

 

Hal-hal yang harus dicermati antara lain perlindungan terhadap kontrak (contract sanctity), UU No 79 Tahun 2010 tentang biaya operasional yang dapat dikembalikan pemerintah (cost recovery) dan perlakukan pajak penghasilan di sektor hulu migas.

 

Selain itu, masalah birokrasi dan perizinan, harga gas domestik yang harus kompetitif, serta perpanjangan kontrak yang harus memberikan kepastian dan transparan.

 

 

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk meningkatan produksi minyak 1 juta barel sebelum 2014. Namun, menurut Pri hal tersebut sulit untuk dicapai.

 

 

“Ya dari mana, kita tak ada cadangan baru. Kalau tahun ini produksi minyak 870.000 barel per hari, tahun depan malah mungkin sekitar 850.000-860.000 barel per hari, turun lagi,” jelasnya. (if)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...