Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KRITIK PENDIDIKAN: Sarjana RI minim kemampuan menulis

Recommended Posts

JAKARTA: Hal yang menjadi kelemahan bagi banyak para sarjana adalah kurangnya kemampuan menulis, kata Musliar Kasim, Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Kemendikbud, Senin (5/11)

 

"Jika ditelusuri maka kelemahan itu karena kurangnya minat baca. Oleh karena itu upaya  mendorong minat baca dan menulis perlu di dorong lewat kegiatan sayembara menulis buku," ujarnya. 

 

Berbicara saat mengumumkan 53 pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan 2012, Musliar mengatakan tidak 

 

adanya kebiasaan membaca buku diikuti kurang tersedianya buku-buku anak yang menarik. 

 

Di negara-negara maju anak-anak diwajibkan membaca buku. Bukan buku pelajaran melainkan buku sastra yang berguna untuk menambah rasa kearifan. Ketika menginjak dewasa dan duduk di perguruan tinggi, kemahiran membaca dan menulis telah terasah.   

 

"Membaca buku sastra itu memang mengasyikkan. Setiap buku dibaca berulang-ulang tidak akan bosan. Sentuhan kejiwaannya berbeda dengan menonton film," tambahnya. 

 

Dia mengakui kalau anak-anak  disuruh membaca pasti tidak akan betah, kecuali yang kemampuan belajarnya sudah baik. Tapi kalau menonton televisi, dari pagi sampai siang akan betah bahkan makan saja bisa sampai lupa. 

 

Pihaknya berharap sayembara akan menambah khasanah buku cerita yang ditulis oleh ibu-bapak gurunya sendiri. Sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2012, terdiri dari 9 kategori yakni pengayaan kepribadian novel, cerita pendek, puisi, pantun, drama, biografi, pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, dan pengayaan keterampilan. 

 

Sementara itu Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud, Diah Harianti mengatakan sayembara itu adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang dilakukan sejak 1988. 

 

Sayembara tersebut bertujuan untuk menggali, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi menulis di kalangan siswa, pendidikan dan tenaga pendidikan, serta masyarakat umum. 

 

Pada 2012, lomba diikuti 847 peserta uang berasal dari 30 provinsi. Tiga provinsi yang tidak berpartisipasi adalah Maluku Utara, Papua Barat dan Sulawesi Utara. 

 

"Naskah itu dinilai oleh dewan juri yang berjumlah 55 orang  yang terdiri atas akademisi dari perguruan tinggi, penulis, penyair, dramawan, dan sastrawan" kata Diah. 

 

Dia  berharap  guru kreatif karena tidak semua kompetensi harus diberikan dalam buku teks.Ke depannya, Kemendikbud akan mendorong agar sayembara tersebut terus dilakukan bahkan kalau perlu hingga ke tingkat kabupaten. (Bsi)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...