Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PAMERAN JAM TANGAN: Rayakan Ulang Tahun Lintas Benua

Recommended Posts

STASIUN kereta api Tanjong Pagar, Singapura tampak penuh sesak malam itu. Alih-alih dipadati oleh calon penumpang kereta api yang hendak bepergian, Tanjong Pagar disesaki oleh sosialita lokal dan ekspatriat wangi dan penuh gaya.

 

 

 

Mereka ternyata tidak sedang menanti kedatangan kereta api melainkan menyaksikan pameran koleksi jam tangan Audemars Piguet seri Royal Oak. Hal itu cukup menakjubkan karena stasiun kereta api yang dibuka sejak 1932 beralih fungsi menjadi tempat penyelenggaraan acara.

 

 

 

Nuansa art deco yang kental membuat stasiun yang sudah berhenti beroperasi sejak perte­ngahan tahun lalu ini menjadi lokasi favorit acara bertema seni di Singapura, salah satunya ­pameran jam tangan mewah asal Swiss tersebut.

 

 

 

Selasa (9/10) malam, stasiun Tanjong Pagar disulap menjadi galeri bernuansa modern minimalis dengan sentuhan alam. Sajian utama pameran yang digelar dalam rangka perayaan ulang tahun ke-40 jam tangan Audemars Piguet seri Royal Oak adalah Fragments, karya seniman asal Prancis Sebastien Leon Agneessens. (foto: watchtime.com)

 

 

 

Fragments menggambarkan batuan mineral yang biasa dijumpai di Vallee de Joux, kota asal jam tangan Audemars Piguet. Karya seni berbentuk patahan batuan yang terbagi menjadi enam bagian ini berfungsi sebagai display sekitar 100 jam tangan seri Royal Oak, meja kerja para pembuat jam, dan media audiovisual.

 

 

 

Peron stasiun dijejali tempat duduk berbentuk kubus berlapis kulit gelap dan meja-meja. Ada bar yang menyediakan aneka minuman ringan, jus, wine, dan alkohol tidak jauh dari sana. Seketika peron stasiun Tanjong Pagar tak kalah dengan klub-klub kenamaan.

 

 

 

Di tengah dua jalur kereta yang sudah karatan melintang panggung kokoh. Di panggung itu, telah tertata apik peralatan band yang akan menghibur para tamu hingga tengah malam.

 

 

 

Semua undangan bersuka cita merayakan peringatan 40 tahun diproduksinya jam tangan favorit mereka, Royal Oak. Jam tangan berciri oktagonal pada bezelnya ini melingkar anggun di pergelangan tangan mereka.

 

 

 

Pameran bertajuk The Royal Oak 40th Anniversary Exhibition dihadiri oleh para konsumen loyal Royal Oak dari beberapa negara di Asia Tenggara.

 

 

 

Audemars Piguet tidak main-main dalam memperingati ulang tahun Royal Oak. Pasalnya, pameran serupa telah digelar lintas benua sejak Maret 2012, yakni New York, Milan, singgah ke Paris, Jenewa, Beijing hingga berakhir di Singapura.

 

 

 

CEO ad interim Audemars Piguet Francois Henry Bennah­mias mengatakan pihaknya ingin menampilkan perayaan ulang tahun yang unik sehingga tercetus ide mengadakan pameran koleksi jam tangan Royal Oak yang dibalut dengan seni ­modern.

 

 

 

Oleh karena itu, Audemars Piguet menggandeng tiga seniman, yakni seniman pahat Sebastien Leon Agneessens, fotografer Dan Holdsworth, dan videografer Quayola. “Mereka bertiga terinspirasi dari kunjungan ke pabrik Audemars Piguet di La Brassus, Valle de Joux, Swiss. Pameran ini kental dengan elemen alam, metal, dan seni tentunya,” ujar Francois.

 

 

 

Pria humoris ini menambahkan pameran ini bertujuan memperkenalkan kepada publik pro­ses kreatif di balik Royal Oak, inovasi, transisi dari tahun ke tahun hingga menjadi ikon jam tangan sport pertama yang terbuat dari baja.

 

 

 

Tidak heran eksklusivitas bahan dan desain menyebabkan harga jual jam tangan Audemars Piguet seri Royal Oak ini terbilang tinggi, yakni minimal Rp300 juta per unit.

 

 

 

Konsumen Asia

 

 

 

Oliviero Bottinelli, Managing Director Audemars Piguet Asia, menjelaskan harga jual Audemars Piguet Royal Oak yang di atas rata-rata jam tangan high end lainnya karena diproduksi secara terbatas dengan bahan-bahan terbaik dan secara handmade.

 

 

 

“Kami hanya memproduksi sebanyak 31.000 unit per tahun. Pemasarannya melalui 22 butik Audemars Piguet di berbagai negara dan kerja sama dengan perusahaan setempat,” jelas Oliviero.

 

 

 

Keterbatasan itulah yang menyebabkan perusahaan keluarga ini tidak terkena  imbas krisis keuangan di Eropa secara signifikan. Oliviero memaparkan perusahaan terbilang kecil ­sehingga tidak perlu melakukan pemangkasan jumlah karyawan atau menutup butik karena krisis keuangan.

 

 

 

Dia optimistis penjualan jam tangan high end tetap akan bergairah ke depannya. Pasalnya, terjadi pertumbuhan masyarakat kelas menengah di kawasan Asia, yang mau mengeluarkan dana lebih untuk sesuatu yang bersifat eksklusif dan berbau seni.

 

 

 

“Sekitar 40% dari produksi kami terjual di Asia. Sisanya 30% kontribusi dari Amerika dan 30% penjualan di Eropa. Orang Asia itu kaya-kaya dan sejahtera sekali,” ungkap Oliviero antusias.

 

 

 

Pria beristrikan warga Singapura ini menambahkan pembeli jam tangan Audemars Piguet asal Asia bisa membeli jam tangan hingga 4-5 kali dalam setahun.

 

 

 

Bahkan, lanjutnya, seringkali pembeli asal Indonesia berkunjung ke butik Audemars Piguet yang berlokasi di Singapura atau Malaysia.

 

 

 

Itulah sebabnya, manajemen Audemars Piguet tidak melewatkan Asia dalam rangkaian pe­rayaan ulang tahun Royal Oak. Kawasan ini adalah target pasar menjanjikan untuk penjualan jam tangan high end saat belahan dunia lain mengalami perlambatan ekonomi. (edwina@bisnis.co.id)

 

 

 

* Tulisan ini diadopsi dari Halaman OASIS Bisnis Indonesia edisi Sabtu, 20 Oktober 2012

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...