Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Harga Cabai Rawit di Medan Masih "Pedas"

Recommended Posts

1K9G399KZ4.jpgIlustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

MEDAN? - Meski harga sejumlah komoditas hortikultura termasuk cabai merah dan cabai hijau sudah kembali ke kondisi normal, namun belum mempu menyeret harga cabai rawit yang naik sejak ramadhan lalu. Kondisi itu diperkirakan terjadi karena minimnya pasokan dari petani, di tengah peningkatan permintaan di masyarakat.Pedagang cabai di Pusat Pasar Medan, Haryati (35) mengatakan, per kilogram (kg) cabai rawit seminggu ini dihargai sekira Rp23?Rp24 ribu. Masih jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum memasuki ramadhan lalu yang hanya Rp18 ribu. Padahal harga cabai merah dan cabai hijau yang sempat menyentuh hingga Rp50 ribu per kg telah turun menjadi Rp15 ribu dan Rp12 ribu.

 

?Penurunan dibandingkan lebaran kemarin memang ada, tapi belum banyak. Kalau lebaran lalu sampai Rp 27 ribu - Rp 28 ribu, sekarang masih Rp 24 ribu. Dari pemasok juga naik harganya. Lagipula stoknya enggak banyak. Padahal? permintaan masyarakat lagi tinggi," katanya pada Okezone, Kamis (27/9/2012)

 

Haryati menambahkan, masih mahalnya harga cabai rawit ini terjadi di tengah tren penurunan harga sejumlah komoditas hortikultura maupun komoditas lainnya. Komoditas cabai rawit ini naik bersama daging ayam yang justru mengalami peningkatan beberapa pekan terakhir.

 

Terjadinya kekurangan pasokan cabai rawit ini pun dibenarkan oleh Johan Pinem, petani cabai? di Kabupaten Karo. Saat dihubungi Okezone, Johan mengaku kondisi cuaca yang sangat ekstrem beberapa pekan ini membuat produksi petani menurun.

 

?Banyak tanaman cabai petani? rusak akibat perubahan cuaca. Petani pun terpaksa memanen cabai sebelum waktunya karena pengaruh cuaca ini. Akhirnya distribusi ke Medan pun bermasalah. Harga di penampung juga naik karena memang barangnya enggak ada,? katanya.

 

Johan mengaku telah berupaya untuk menekan angka kerugian akibat pembusuka yang terjadi. Namun menurutnya daya rusak akibat tingginya curah hujan dan angin membuat petani tak memiliki pilihan.

 

?Segala macam sudah kita buat. tapi ya alam lebih kuat. Komunikasi dengan lembaga penelitian pemerintah pun sudah kita lakukan, tapi sepertinya belum ada solusi. Makanya kita sabar saja lah,? tukas dia. (mrt)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...