Kala PNM Dampingi Ibu-ibu Mekaar Berperan Sebagai Penguat Keluarga

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA : Indonesia, Thailand dan Malaysia, tiga negara penyuplai 70% karet dunia, masih memfinalisasi langkah-langkah menaikkan harga karet yang anjlok 43% dalam satu tahun terakhir.

 

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sutan Amir mengatakan ketiga negara sejauh ini baru sebatas menyepakati perlunya langkah-langkah mendongkrak harga karet.

 

Adapun formula peningkatan harga masih akan dirumuskan dalam dua hari ke depan sebagai lanjutan pertemuan The International Tripartite Rubber Council di Bangkok kemarin, Rabu (15/8/2012).

 

“Ini konsepnya. Nanti disetujuinya tanggal 23-24 (Agustus). Sekarang masih digodok,” katanya saat dihubungi Bisnis hari ini,  Kamis (16/8/2012).

 

Seperti dikutip Bloomberg, ketiga negara menyetujui langkah-langkah menaikkan harga karet yang anjlok 43% dalam setahun dan mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir sebagai dampak pelambatan pertumbuhan di China dan Eropa.

 

Kontrak pengiriman karet Januari ditutup naik 0,9% menjadi ¥ 209,5 per kg (US$2,65 per metrik ton) di Tokyo Commodity Exchange setelah penyelesaian terendah untuk kontrak teraktif sejak Oktober 2009.

 

Mengenai wacana pembatasan ekspor, Asril enggan berkomentar karena harus menunggu pembicaraan tripartit rampung. Meskipun demikian, dia mengaku petani karet di daerah mulai mengeluh mengenai harga yang sudah di bawah biaya produksi.

 

“Itu (pembatasan ekspor) yang nggak boleh saya ceritakan dulu. Kita lagi mengatur strategi,” ujarnya.

 

Indonesia bersama Malaysia dan Thailand pernah mengambil langkah pembatasan ekspor pada 2009 karena harga karet berada di bawah biaya produksi. Saat itu harga karet alam jatuh ke level US$1,05 per kg pada puncak resesi global Desember 2008.

 

Ketiga negara sepakat menurunkan ekspor karet alam mulai 1 Januari 2009 sebanyak 700.000 ton dan berharap harga karet alam tidak dijual di bawah US$1,35 per kg. (sut)

 

 

 

Sumber