Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Hadi Sukrianto : Menyinkronkan Politik & Bisnis

Recommended Posts

Di kalangan bankir, nama Hadi Sukrianto kian melambung. Dia adalah salah satu orang penting yang mengantarkan PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur melantai di Bursa Efek Indonesia Juli lalu. Alumnus Magister Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ini ambil bagian dalam proses persiapan yang panjang dan detik-detik menegangkan menjelang initial public offering (IPO).

 

Dia mengungkapkan strategi dan tanggung jawab ke depan setelah bank yang mayoritas sahamnya dimiliki 38 pemda se-Jatim ini resmi menjadi perseroan terbuka, berikut wawancaranya dengan Bisnis:

 

Bagaimana ceritanya sampai  akhirnya Bank Jatim memutuskan  IPO?

 

Ceritanya panjang dan bukan rahasia lagi kalau rencana IPO ini sempat beberapa kali tertunda. Bahkan tidak lepas dari diskusi yang cukup alot. Pendeknya sebuah perjuangan untuk bisa sampai kepada keputusan tersebut, meskipun mulai 2010 rencana tersebut cukup santer diperbincangkan baik di kalangan internal perusahaan maupun di antara para pemegang saham.

 

Awalnya malah sempat muncul tiga opsi untuk mendapatkan tambahan permodalan. Pertama pemegang saham menambah setoran modal. Kedua, menerbitkan obligasi dan yang ketiga, IPO. Penggodokan dan penyusunan arsitekturnya sendiri sudah sejak Bank Jatim masih di bawah pimpinan Pak Moeljanto. Semua itu perlu sosialisasi yang panjang. Apalagi untuk bank yang sahamnya dimiliki pemerintah daerah.

 

Ada unsur eksekutif dan legislative yang harus kami rangkul. Setelah berbagai pertimbangan dan kajian, plus dan minus dari ketiga opsi tersebut maka akhirnya lewat RUPS luar biasa kami bisa meyakinkan mereka untuk memilih opsi listing atau IPO. Waktu itu saya katakan jika tidak segera mengambil keputusan kecukupan modal Bank Jatim tahun ini akan terus menyusut.

 

Apalagi selama 2009-2011 bank tersebut tidak pernah mendapatkan modal dalam jumlah besar, padahal ekspansi kreditnya makin agresif. Akhirnya, hasil RUPS-LB pada Maret 2012 semua sepakat menyetujui untuk segera melepas sebagian saham melalui IPO selambat-lambatnya pada pertengahan tahun ini.

 

Bagaimana Anda mempersiapkan proses IPO? 

 

Boleh dibilang orang yang paling khawatir dan deg-degan pada saat menjelang IPO Bank Jatim adalah saya. Selama 3 minggu di Jakarta, hampir setiap hari harus menemui investor hanya untuk berdiskusi. Saya ingin tahu pandangan mereka terhadap Bank Jatim selama ini.

 

Dari penilaian mereka, kami mengetahui secara fundamental Bank Jatim tidak memiliki masalah dan dalam kondisi bagus. Cuma yang mengkhawatirkan waktu itu adalah situasi pasarnya yang tidak mendukung. Pasar masih volatile bahkan pasar masih turun sekian persen. IHSG masih terkoreksi karena pengaruh pasar global. Waduh, kondisi tersebut terus terang menguras pemikiran tersendiri. Maklum sebagai calon emiten, target pasti harus sebaik-baiknya. Untunglah setelah kami hitung-hitung sesuai dengan demand yang masuk satu per satu building itu bisa ter-cover dan keluarlah angka minimal Rp1,298 triliun!

 

Pendeknya selama proses membawa IPO Bank Jatim, setiap hari tidur saya paling banter 3 jam. Menangani proses IPO itu benar-benar menyita waktu. Saya pulang kantor sampai pukul setengah satu pagi. Dari pagi hingga larut malam diskusi de ngan banyak orang dan tiba-tiba baru sadar waktu berlalu dengan cepat.

 

Lantas bagaimana Anda berusaha meyakinkan pasar?

 

Setelah mengetahui pandangan beberapa investor langkah saya semakin mantap. Bagi saya yang penting bagaimana jualannya. Orang sementara ini banyak yang tidak kenal dengan Bank Jatim. Tidak sedikit pula yang memandang sebelah mata serta membanding- bandingkan dengan BPD yang melakukan IPO lebih dulu.

 

Bahkan seringkali terdengar kalimat dari para investor, Bank Jatim itu sebenarnya kayak apa sih? Setelah kami jelaskan dan bertemu langsung, baik investor domestik maupun asing kaget juga. Kami jelaskan visi kami ke depan untuk rentang sekian tahun Bank Jatim mau dibawa ke mana. Barulah mereka paham.

 

Adakah  pengalaman dan tantangan yang menarik selama  Anda bergabung dengan Bank  Jatim?

 

Proses menuju IPO adalah proses pengalaman saya yang kedua yang paling berkesan, setelah 30 tahun saya bekerja di Bank Jatim. Ini pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan seumur hidup.

 

Pengalaman pertama yaitu ketika saya turut menangani saat-saat susah. Bank Jatim keluar dari krisis perbankan 1998. Waktu akan direkapitalisasi maupun pra-rekapitalisasi. Saat-saat menegangkan ketika Bank Jatim akan dilikuidasi.

 

Kemudian tahap kedua yakni membawa Bank Jatim ke proses IPO. Wah, kembali itu pengalaman paling luar biasa menarik dalam hidup saya. Keterlibatan saya pada kedua proses itu benar-benar tantangan sampaisampai saya mengatakannya. Kalau sekarang, tantangan besarnya adalah bagaimana IPO berhasil dan apa yang harus saya lakukan setelah itu.

 

Seperti yang sering diulas beberapa media, menjadi chief executive officer (CEO)-nya Bank Jatim itu tidak gampang. Lain dengan bank-bank yang owner-nya bisa dihitung dengan jari. Owner Bank Jatim adalah 38 pemimpin daerah dengan berbagai macam tipe dan karakter, yang omongan-nya bisa muncul setiap hari di koran.

 

Belum lagi dari kalangan DPRD. Apa pun yang kami lakukan bisa menjadi bahan kritikan panjang. Mau tidak mau saya harus bisa menjembatani kepentingan keduanya tanpa mengorbankan kepentingan bisnis dari perusahaan perbankan. Saya harus punya strategi untuk berkomunikasi dan berdiplomasi.

 

Setelah resmi listing seperti apa Bank Jatim ke depan?

 

Tetap BPD. Tapi secara factual kondisinya harus bisa di atas rata-rata perbankan karena 30% sahamnya tetap dimiliki pemda. Pendekatannya, tetap pada institusi terkait untuk melakukan evaluasi dan percepatan.

 

 

Mungkin ke depan akan lebih banyak pada pengembangan strategi pemasaran. Kami punya 70% market di Jawa Timur, akan tetapi market share kami baru 7% dari total pasar perbankan yang ada. Kalau mau menaikan sekian persen dari angka tersebut cukup berat.

 

Apalagi pasar perbankan di Jatim dikuasai tiga ‘pemain besar’ yakni BCA, Mandiri dan BRI. Bank Jatim berada di urutan keempat. Jadi masih jauh jika dibandingkan dengan ketiga bank tersebut. Apalagi jika berambisi menghadirkan jaringan kantor layanan sampai ke tingkat kecamatan.

 

Untuk bisa ekspansi seperti tiga bank tersebut harus bertahap. Ini tantangan sekaligus peluang buat kami untuk tumbuh. Selain itu, saya harus bisa menyinkronkan kepentingan politik dengan kepentingan bisnis kendati titik tekannya tetap pada bisnis, karena itu yang memang dicari investor.

 

Tantangan politisnya, apa pun yang terjadi, Bank Jatim harus dapat mengangkat UMKM dan UKM setempat. Jadi keduanya harus bisa sinergi agar semuanya tumbuh dengan baik. Memang saya akui tidak gampang menyinkronkan hal seperti itu.

 

Bahkan untuk soal yang satu ini saya sering membahas dan mendiskusikan sampai larut malam. Yang jelas, kami memiliki tiga pilar yang harus dicapai.

 

Pertama, ketahanan kelembagaan yang ditunjukkan de ngan beberapa parameter. Kedua, ke mampuan sebagai agent of regional de velopment. Terakhir, adalah kemampuan melayani kebutuhan masyarakat.

 

Jadi tidak ada fokus?

 

Bukan begitu, kalau saya mau bicara bisnis, Bank Jatim tetap akan focus ke sektor konsumsi. Peluang sektor ini cukup besar terutama untuk konsumsi yang produktif. Semua bank pasti mengakui return sektor yang satu ini sangat menarik. Apalagi untuk Bank Jatim dengan basis nasabah pegawai negeri sipil [PNS]. Sistem potong gaji bisa menekan potensi kredit macet. Sementara itu, jumlah nasabah Bank Jatim dari kalangan PNS baru mencapai 60%.

 

Artinya masih ada potensi yang besar dan terbuka. Namun, bukan berarti saya akan mengabaikan potensi pasar non PNS. Terutama untuk daerah perkotaan seperti Surabaya.

 

Persaingannya memang cukup berat. Di Surabaya, misalnya, selain dengan bank umum pemerintah dan swasta nasional maupun asing, kami juga harus siap bersaing dengan BPD seperti Bank Jabar dan Bank Papua yang sudah membuka kantor cabangnya di Surabaya. Sebentar lagi menyusul Bank DKI dan BPD NTB. Terus terang saja, malu kalau sampai Bank Jatim tidak bisa menjadi tuan rumah di kotanya sendiri.

 

Namun, sekali lagi sebagai CEO, saya juga memiliki tanggung jawab politik untuk ikut membesarkan UMKM dan UKM. Keduanya harus bisa maju bersama-sama terutama menyangkut pertumbuhan kreditnya.

 

Kalaupun terjadi perbedaan, disparitasnya tidak boleh terlampau jauh. Cara ini yang untuk sementara kami anggap pas untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus menjadikan Bank Jatim semakin dikenal oleh orang Jatim sendiri.

 

Jumlah UMKM dan UKM di daerah ini relative banyak. Itu pula yang mendorong perseroan memutuskan 80% dari Hasil IPO atau sekitar Rp1,024 triliun diprioritaskan untuk mendukung ekspansi kredit.

 

Apakah menjadi bankir memang cita-cita Anda sejak sekolah?

 

Ayah saya Suroso almarhum selalu mewanti-wanti agar anak-anaknya tidak ada yang terjun ke politik. Saya juga tidak pernah berpikir menjadi seorang bankir. Apalagi bankir di bank pembangunan daerah yang sudah tentu tidak bisa lepas begitu saja dari nuansa politis. Saya ini kejeblos bekerja di bank karena waktu masih duduk di bangku SMA pernah mutung hanya karena masuk di jurusan ilmu sosial.

 

Gara-gara tidak lolos ke jurusan IPA, saya sempat mogok tidak mau melanjutkan sekolah dan minta dipindah ke STM. Maklum, dulu itu jurusan sosial itu sering dipandang sebelah mata. Kurang keren, sedangkan waktu itu saya inginnya menjadi arsitek. Guru saya bilang orang yang sukses itu tidak bisa dilihat dari jurusan di sekolahnya.

 

Sejak saat itu, saya sadar dan kembali ke sekolah. Seusai SMA, saya memilih akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya. Jurusan inilah yang akhirnya membawa saya terdampar di BPD hingga sekarang.

 

Tahun pertama, setelah menyelesaikan bangku kuliah, saya sempat bergabung dengan salah satu perusahaan konsultan di Jakarta.

 

Namun jadwal kerja yang menyita waktu dan berpindah-pindah, rasanya jadi tidak nyaman. Beruntung pada 1983, BPD Jatim membuka lowongan. Sejak itulah saya memulai debut karier sebagai staf bagian pengawas.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...