Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

INDUSTRI TEMPE Desak Pemerintah Intervensi Harga Kedelai

Recommended Posts

JAKARTA: Himpunan Pengusaha dan Perajin Tahun dan Tempe Indonesia (Hipertindo) mengharapkan pemerintah intervensi terhadap kenaikan harga kedelai impor yang sangat membebani perajin tahu dan tempe.

 

Ketua Hipertindo Johanda Fadil mengharapkan pemerintah dalam jangka pendek memberikan subsidi harga kepada perajin tahu dan tempe. Menurutnya, harga kedelai saat ini mencapai Rp8.100 per kg, sedangkan harga yang normal di tingkat perajin Rp5.500-Rp6.500 per kg.

 

“Kami mengharapkan ada intervensi dari pemerintah. Kami [perajin tahu dan tempe] sangat terbebani dengan kenaikan harga kedelai, para perajin tempe terancam bangkrut,” ujarnya kepada Bisnis Selasa (24/7/2012). 

 

Dia menjelaskan dalam jangka pendek pemerintah harus menindak spekulan yang mengambil untung di balik kenaikan harga kedelain. Pemerintah, katanya, juga harus mendorong adanya sinergi diantara importir kedelai.

 

Importasi kedelai disinyalir hanya dikuasai oleh beberapa pemodal. Saat ini, hanya ada sekitar 8 importir kedelai skala besar, sedangkan importir kedelai lainnya dalam volume kecil.

 

Menurutnya, harga kedelai pada Juli 2011 sampai dengan awal 2012 Rp5.500 per kg. Namun, sejak awal tahun ini harga kedelai naik sampai enam kali.

 

Harga kedelai pada Januari tahun ini mencapai Rp5.700 per kg naik menjadi Rp5.900 per kg pada bulan berikutnya. Harga kedelai pada Maret 2012 naik menjadi Rp6.300 per kg, naik lagi pada April menjadi Rp6.700 per kg. 

 

Harga kedelai terus naik menjadi Rp7.000 per kg pada Mei, kemudian turun menjadi Rp6.500 per kg pada bulan lalu. Namun, sejak awal bulan ini, harga kedelai naik menjadi Rp8.100 per kg.

 

Dia mengancam jika tidak ada intervensi dari pemerintah, maka perajin tahu dan tempe akan mogok produksi dan turun ke jalan untuk menuntut harga kembali normal.

 

Johanda menuturkan perajin tahu dan tempe tidak dapat menaikkan harga, karena pembeli akan enggan membeli tahu dan tempe. Di sisi lain, jika perajin tidak menaikkan harga jual tahu dan tempe, maka mereka akan bangkrut.

 

Perajin yang akan bangkrut dalam waktu cepat, katanya, yaitu perajin skala kecil yang akan kalah dengan perajin besar. Perajin kecil, lanjutnya, menggunakan kedelai sekitar 4-5 kuintal per hari, sedangkan perajin besar membeli kedelai sampai 10 ton per hari.

 

Dia menambahkan harga di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tentu akan lebih mahal, karena biaya transportasi juga lebih mahal.

 

Menurutnya, para importir skala besar dimiliki oleh salah satu pemodal yang dapat dengan mudah mempermainkan harga. Di sisi lain, katanya, beberapa pihak menilai kenaikan harga kedelai disebabkan menurunya produksi di AS. “Ini justru mendukung importir atas kenaikan harga kedelai ini.”

 

Beberapa pihak mengharapkan Bulog ikut kembali bermain di kedelai. Namun, Bulog khawatir kalah bersaig dengan pedagang.

 

Produksi kedelai di dalam negeri sekitar 780.000 ton, sedangkan kebutuhan mencapai 2,2 juta ton per tahun, sehingga harus impor sekitar 1,4 juta ton setiap tahun. (sut)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...