Cetak Kartu RFID Akses Smart Card Custom Termurah Hanya di Lanyard Studio 082228608282

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA:Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menjamin tidak ada kenaikan harga makanan dan minuman olahan, meski ada toleransi dari pemerintah kenaikan harga komoditas pangan maksimal 15%.

 

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menilai justru yang paling rentan kemungkinan terjadi kenaikan harga saat Ramaan dan Lebaran adalah produk segar, mengingat keterbatasan alat penyimpan.

 

"[Produk makanan dan minuman dalam] kemasan dijamin tidak ada kenaikan harga," katanya, Rabu, (18/7/ juli 2012.

 

Apalagi tahun ini industri makanan dan minuman anggota Gapmmi telah mengantisipasi adanya hambatan distribusi yang mungkin terjadi saat memasok  produk ke daerah, terutama ke Sumatera, Bali, dan Indonesia bagian Timur.

 

Hal senada, tambahnya, dikatakan oleh Kementerian Perdagangan saat melakukan imbauan kepada Gapmmi belum lama ini untuk mengamankan pasokan pangan selama Ramadhan ke seluruh daerah.

 

Peningkatan produk untuk mengantisipasi kenaikan permintaan makanan dan minuman oleh industri, ujarnya, rata-rata mengalami kenaikan sebesar 50% selama Ramadan dibandingkan bulan biasanya.

 

"Kalau untuk pangan olahan tidak ada masalah, karena memang rutin.  Disiapkan 2-3 bulan sebelum puasa, sudah didistribusikan ke daerah.

[Peningkatan volume pasokan ke pasar] secara umum rata-rata 50% dari bulan normal," kata Adhi.

 

Sementara untuk produk pangan segar, ujarnya,  memang masih menjadi kendala karena bergantung pada kapasitas alat menyimpan.

 

Padahal, selama Ramadan produk makanan segar terjadi peningkatan permintaan  sehingga bisa menyebabkan kenaikan harga.

 

"Penyimpanan segar tidak memadai, sehingga harus dikirim dalam kondisi segar bersamaan adanya peningkatan permintaan. [ini yang] menyebabkan kenaikan harga," kata Adhi. (ra)

 

 

 

Sumber