Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

AREAL TEMBAKAU di Jateng tak akan lebih dari 26.000 ha

Recommended Posts

SEMARANG: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan mengendalikan luasan lahan pertanaman tembakau dari kondisi saat ini mencapai 45.930 hektare menjadi 26.000 hektare untuk menjaga keseimbangan suplay and demand tembakau.

 

 

Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Jateng Endang Ratnasari mengatakan luas total lahan berbagai jenis tembakau di Jateng mencapai 45.930 hektare (ha) dengan produksi mencapai 39.409 ton per tahun.

 

 

“Untuk menjaga kesimbangan antara banyaknya hasil panenan tembakau dari petani dengan kebutuhan pabrik rokok, kami akan mengendalikan luasannya hingga mencapai 26.000 hektare pada tahun ini,” tuturnya, Senin (16/7).

 

 

Menurutnya total luasan lahan tanaman tembakau, baik jenis rajangan, asepan, garangan, maupun fosterland, yang mencapai 45.930 hektare tersebut terbilang tinggi. Pemprov Jateng merasa perlu menjaga agar hasil tembakau petani terbeli semua oleh pabrik rokok, karena itu luasannya dikendalikan.

 

 

Dia mengatakan, lahan yang akan dikendalikan itu nantinya dipioritaskan yang berada di luar sentra penghasil tembakau. Seperti diketahui saat ini pusat penghasil tembakau berada di Temanggung, Kendal, Demak, Magelang, Boyolali, dan Wonososbo.

 

 

“Untuk daerah pendukung penghasil tembakau di luar wilayah tersebut akan dikendalikan, dan diarahkan untuk diguakan sebagai lahan tanaman lain, seperti misalnya tebu, yang masih membutuhkan lahan banyak, atau lainnya seperti kopi,” ujarnya.

 

 

Dia mengatakan, dengan pengendalian luasan lahan tembakau ini, selain menjaga suplay and demand agar tetap terjaga, juga menjaga kebutuhan mutu tembakau yang dihasilkan oleh para petani seperti yang diinginkan oleh pabrik rokok.

 

 

Menurutnya, mutu tembakau yang baik yang dihasilkan petani, diakui memang kebanyakan masih berasal dari daerah sentra penghasil tembakau tersebut, bukan daerah pendukung lainnya, akibat pengaruh perbedaan kondisi alam yang ditanamainya.

 

 

“Kami akan mulai intensifkan sosialisasi, karen aklau tidak, dan hasil tembakau membludak, sedangkan kebutuhan pabrik rokok belum tentu meningkat, ditakutkan tidak terserap dengan baik. Misalnya dalam satu kabupaten awalnya terdapat luas lahan tembakau 7.000 ha, akan dikendalikan menjadi 5.000 ha saja,’ ujarnya.

 

 

Dia mengatakan, kebutuhan tembakau dari pabrik rokok sementara ini belum mengalami peningkatan, seperti misalnya Gudang Garam masih sekitar 14.000 ton, Djarum mencapai sekitar 10.000 ton per tahun, sementara tembakau yang dibeli saat ini akan digunakan tiga tahun mendatang oleh pabrik rokok tersebut. (k39/arh)

 

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...