Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA Investasi Harvester Rp16 miliar

Recommended Posts

SUBANG: PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) akan berinvestasi alat penebang tebu (harvester) pada tahun depan sebanyak 4 unit dengan nilai total sekitar Rp16 miliar.

 

Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan salah satu persoalan yang dihadapi perkebunan tebu yaitu sulit mendapatkan tenaga kerja tebang tebu saat musim panen (giling tebu). Persoalan itu, katanya, akan mengganggu aktivitas giling pabrik gula, karena kapasitas pabrik menjadi tidak optimal.

 

"Kami ingin mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja, pada 2013 kami akan menambah 4 mesin [harvester], 2 unit untuk PG Subang Baru dan 2 unit untuk PG Jati Tujuh [Cirebon]," ujarnya saat meninjau PG Subang Baru bersama dengan Meneg BUMN Dahlan Iskan, hari ini Minggu (15/7/2012).

 

Dia menjelaskan alat mekanik tersebut sangat cocok untuk lahan hak guna usaha (HGU), sebaliknya sulit diterapkan bagi perkebunan tebu milik rakyat.

 

Perkebunan tebu milik rakyat, katanya, terpencar-pencar tidak dalam satu hamparan, sehingga sulit untuk memindahkan alat tersebut.

 

PG Subang Baru memiliki lahan HGU seluas 5.100 hektare, sedangkan PG Jati Tujuh memiliki lahan HGU seluas 12.000 ha. Sementara itu, 8 PG milik RNI lainnya mengandalkan tebu rakyat dan sebagian sewa lahan petani.

 

Ismed memaparkan 1 unit harvester mampu menghasilkan 400 ton per hari. Sementara itu, untuk menghasilkan 400 ton tebu dengan tenaga manusia membutuhkan sekitar 400 orang. Adapun, dengan peralatan harvester hanya membutuhkan 2 orang saja.

 

Dengan asumsi produktivitas tebu per ha sekitar 80 ton, maka 1 unit harvetser mampu menenebang tebu seluas 5 ha per hari. Saat ini, PG Subang Baru telah memiliki 1 unit harvester. Adapaun, kapasitas produksi PG Subang Baru sekitar 3.200 tcd (ton cane per day).

 

Pada tahun depan, 3 unit harvetser di PG Subang Baru akan mampu memasok tebu ke pabrik sebanyak 1.200 ton atau 37,5% dari total kapasitas pabrik 3.200 ton per hari.

 

Jika, tidak menggunakan alat mekanik tersebut, maka untuk memenuhi kaspitas PG Subang Baru, dibutuhkan 3.200 orang penebang per hari.

 

Menurutnya, kesulitan tenaga penebang tebu juga dialami oleh pabrik gula lainnya di seluruh Indonesia. "Ketergantungan kita pada orang semakin berkurang.  Selain di PG Subang Baru, saat ini juga sudah ada 1 harvester di PG Jati Tujuh.

 

PT RNI, katanya, akan memiliki alat mekanik penebang tebu pada tahun depan sebanyak 6 unit yang akan dioperasikan di PG Subang Baru sebanyak 3 unit dan PG Jati Tujuh 3 unit.

 

"Problem krusial mencari tenaga kerja tebang. Saya lebih memilih investasi, scara sosial akan bermdpak yaitu berkurangnya peluang kerja, Smakin banyak masyrkat enggan jd tenaga penebang tebu," ujarnya.

 

Menurutnya, pekerjaan buruh pabrik dianggap lebih bergengsi dibandingkan dengan kuli tebang tebu, kendati penghasilan sebagai penebang tebu lebih tinggi.

 

Apalagi, kebutuhan gula ke depan akan terus meningkat, sehingga berkurangnya tenaga kerja on farm perkebunan tebu akan mengancam pabrik gula. (sut)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...