Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KOMODITAS PERTANIAN: Mentan Bantah Neraca Perdagangan Negatif

Recommended Posts

JAKARTA--Kementerian Pertanian membantah neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia mengkhawatirkan karena mengalami defisit sejak 2006.

 

 

Menteri Pertanian Suswono menyampaikan neraca perdagangan untuk sektor pertanian pada tahun lalu mengalami surplus sekitar US$22miliar, meski importasi produk holtikultura mengalami defisit.

 

 

“Surplus tahun lalu seingat saya US$22 miliar. Mungkin agak defisit dari holtikultura, tapi kan kecil juga di bawah 10% dibandingkan produksi lokal,” katanya, Rabu (10/7/2012).

 

 

Dia beralasan defisit neraca perdagangan komoditas pertanian yang terungkap merupakan data produk pertanian yang tidak diproduksi dan tidak dikelola sepenuhnya oleh kementerian.

 

 

“Kita bicara di produk pertanian yang dikelola di Kementan, mungkin boleh jadi belum dihitung dari sisi gandum misalnya,” katanya.

 

Pada kesempatan berbeda, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia sejak 2006.

 

Berdasarkan data Bappenas, neraca perdagangan komoditas pertanian pada 2006 tercatat defisit untuk pertama kalinya sebesar US$28,025 miliar. Pada perkembangannya, defisit terus meningkat hingga US$5,509 miliar pada 2011.

 

 

Dalam perincian, tercatat defisit yang terjadi disebabkan importasi produk pangan yang cukup besar dari luar negeri, terutama gandum. Salah satunya, produk sereal dengan pangsa impor terhadap total impor 43,11% berasal dari Australia, Vietnam, dan Thailand.

 

Adapun, impor minyak nabati, buah-buahan, dan gandum tercatat sebesar 14,06% dari Amerika Serikat, India dan Malaysia. Sedangkan produk susu, telur, madu, dan makanan hewan sebanyak 10,55% dari Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Australia.

 

 

Sementara itu, produk kacang-kacangan, buah kulit jeruk, dan melon sekitar 7,52% dari China, Thailand, dan Amerika Serikat. Sisanya, produk penggilingan, malt, pati, inulin, dan gluten gandum sebanyak 5,59% dari Thailand, Turki, dan Srilanka.

 

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Prasetijono Widjojo sebelumnya mengakui sejumlah persoalan masih menghambat laju neraca perdagangan komoditas pertanian.

 

 

Kendala perdagangan komoditas pertanian yakni hambatan sistem logistik dan pembenahan mata rantai pasok yang sesuai kebutuhan konsumen.

 

 

Dia memaparkan pemerintah akan terus meningkatkan persediaan kebutuhan dasar seperti benih, pupuk, dan kebutuhan dasar dalam sektor pertanian. Lebih fokus lagi, pihaknya akan mengembangkan produktifitas pertanian, yakni penyediaan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas produk pertanian.(bas)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...