Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

HARGA DAGING SAPI tinggi, Industri pengolahan minta alokasi impor

Recommended Posts

JAKARTA: Industri pengolahan daging belum sepakat dengan harga daging sapi yang ditawarkan oleh industri penggemukan sapi (feedloter), sehingga industri pengolahan meminta alokasi impor.

 

Industri pengolahan daging sudah kesulitan memperoleh bahan baku daging sapi. Pemerintah mengharapkan industri pengolahan dapat membeli daging sapi dari para perusahaan penggemukan sapi. Namun, industri pengolahan menyatakan harga daging yang ditawarkan oleh feedloter jauh lebih mahal dan sebaliknya para feedloter meminta agar industri tidak membandingkan dengan harga impor.

 

Industri pengolahan daging sedang mengalami kesulitan bahan baku daging sapi. Kendati ada pasokan daging dari industri penggemukan sapi eks impor dan sapi lokal, tetapi harga lebih mahal, jumlah sedikit, dan spesifikasi tidak memenuhi permintaan industri.

 

Direktur Eksekutif National Meat Processor Association (Nampa) Haniwar Syarif mengatakan sebagian besar jenis daging yang dibutuhkan oleh industri pengolahan yaitu jenis 85 CL (tetelan). Harga daging spai 85 CL impor Rp45.000 per kg. Sementara itu, harga daging 85 CL yang diproduksi oleh perusahaan feedloter, katanya, sekitar Rp70.000 per kg.

 

"Jaraknya jauh sekali [harga impor dan harga daging di dalam negeri], kalau selisihnya relaif kecil masih diterima," ujarnya kepada Bisnis, Minggu 8 Juli 2012.

 

Sisa alokasi impor daging sapi beku semester II/2012 sebanyak 8.300 ton sudah dibagikan kepada 58 importir. Demikian juga dengan sisa alokasi impor sapi bakalan sebanyak 98.000 ekor sudah dialokasikan kepada sekitar 19 perusahaan importir.

 

Perusahaan pengolahan daging yang berada di bawah Nampa sebanyak 26 perusahaan. Industri pengolahan daging itu selanjutnya menjual daging olahan ke pasar ritel moderen, rumah makan, restoran, dan hotel.

 

Dia menambahkan spesifikasi daging yang diproduksi oleh feedloter juga tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan industri.

 

Hal lain yang belum dapat dipenuhi oleh feedloter yaitu belum seluruhnya menyediakan daging sapi 85 CL beku. Sebagian besar feedloter dan rumah potong hewan (RPH) belum memiliki cold chain atau cold storage, sehingga belum dapat memasok daging beku.

 

Sistem pembayaran yang diminta dari feedloter, katanya, harus sistem tunai berbeda dengan model pembayaran daging sapi impor.

 

Industri pengolahan, katanya, siap untuk menyerap sapi lokal secara bertahap. Di sisi lain, industri pengolahan daging juga tidak akan berhadapan langsung dengan peternak lokal, sehingga tidak akan membuat peternak tertekan.

 

Perusahaan penggemukan sapi yang tergabung dalam Asosiasi Feedloter Indonesia (Apfindo) mengimpor sapi potong (sapi bakalan) dari Australia untuk digemukkan di dalam negeri.

 

Industri pengolahan juga membeli daging impor dari para importir daging dengan harga lebih mahal. Dari 26 industri pengolahan yang sudah memiliki status sebagai importir produsen (IP) daging sapi beku hanya 7 perusahaan, sedangkan 19 perusahaan lainnya masih bergantung kepada importir.

 

Harga daging sapi yang diimpor langsung oleh IP Rp45.000 per kg, tetapi bagi industri pengolahan yang membeli daging dari importir mencapai Rp56.000 per kg. "Perbedaannya sangat jauh."

 

Oleh karena itu, pihaknya sudah mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan status importir terdaftar bagi industri pengolahan, sehingga akan membuat industri semakin efisien.

 

"Jadi, [daging sapi lokal dari feedloter] dari segi tekhnis, harga, dan cara pembayaran sangat merugikan kami. Padahal, mereka [feedloter] juga mengimpor [sapi bakalan]. Kita merasa seperti mau dimatikan," ujarnya.

 

Menurutnya, industri pengolahan daging sudah mendapatkan dukungan kuat dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, tetapi Kementerian Pertanian tidak memberikan perhatian terhadap kesulitan mereka.

 

Pemerintah, katanya, menghimbau agar industri pengolahan membeli daging sapi dari feedloter. Namun, spesifikasi dan harga daging dari feedloter belum cocok dengan industri. Padahal, berapapun jumlah daging sapi yang disediakan feedloter, katanya, akan diserap oleh industri jika memenuhi persyaratan.

 

"Stok [daging sapi industri pengolahan sudah habis], kebutuhan menjelang puasa dan lebaran juga naik, kita sudah tidak punya waktu lagi, tetapi kita mau apa."

 

Direktur Eksekutif Apfindo Joni Liano mengatakan pihaknya menawarkan harga daging sapi jenis 85 CL kepada industri pengolahan Rp54.000 per kg. Namun, Apfindo tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan industri pengolahan untuk daging jenis CL 85.

 

Mneurutnya, industri pengolahan membutuhkan daging sapi 85 CL sebanyak 3.600 ton. Namun, dari setiap ekor sapi hanya akan menghasilkan daging CL 85 sebanyak 10%. Oleh karena itu, Apfindo hanya dapat menyediakan daging CL 85 kepada industri pengolahan sebanyak 360 ton.

 

"Itu pun belum cocok dengan harga. Kalau persediaan sebenarnya bisa kami upayakan, tetapi persoalan harga yang belum ketemu," jelasnya.

 

Joni menuturkan pengusaha penggemukan sapi juga tidak mudah untuk menyediakan jenis daging sapi yang diminta oleh industri pengolahan yaitu CL 85 --daging dengan 85% lemak--.

 

Namun, kendati sulit, para feedloter, katanya, mampu untuk menyediakan jenis 85 CL dengan jumlah tertentu. Persoalan yang menyebabkan beberapa  industri enggan mengambil daging tersebut dari feedloter, katanya, karena harga belum cocok.

 

Joni mengatakan Asosiasi Pengolahan Daging Indonesia (Nampa) membutuhkan daging sapi jenis 85 CL pada semester II/2012 sebanyak 8.000 ton, tetapi yang dapat dipasok oleh feedloter hanya sekitar 360 ton saja.

 

Beberapa feedloter yang sudah terintegrasi (importir sapi bakalan, sekaligus penggemukan, pemotongan, dan pemasaran) yang dapat menyediakan jenis CL 85 masih terbatas. Begitu juga dengan perlengkapan cold chain atau gudang pendingin hanya baru dimiliki oleh 4 rumah potong hewan (RPH) saja. Padahal, industri pengolahan meminta persyaratan daging sapi 85 CL beku, agar dapat tahan lebih lama.

 

"Kita minta teman-teman industri berubah [persyaratan daging sapi yang diminta]. Industri maunya sama dengan harga impor, tidak bisa seperti itu. Kami menawarkan Rp54.000 per kg, sedangkan harga impor Rp48.000 per kg," ujarnya.

 

Joni mengklaim pasar dari feedloter selama ini yaitu 60% industri pengolahan termasuk para tukang bakso, serta beberapa anggota dari Nampa.

 

Beberapa anggota Apfindo, katanya, juga mengeluhkan bisnisnya tidak efisien, karena kapasitas terpasang rerata 45%. Biasanya, kapasitas mencapai 1 juta ekor, tetapi saat ini hanya sekitar 200.000 ekor. "Average cost menjadi lebih tinggi, bahan pakan naik seperti harga onggok, jagung, dan bungkil sawit sudah mengalami kenaikan."

 

Namun, alasan utama para feedloter tetap bertahan, karena mereka telah berinvestasi dalam jumlah besar. Di sisi lain, masih ada peluang pasar yaitu konsumsi daging yang terus meningkat serta pengurangan impor daging sapi beku.

 

Bahkan, beberapa perusahaan feedloter, katanya, harus merumahkan karyawan rata-rata 100-250 karyawan per perusahaan. Data Apfindo mencatat ada 7 perusahaan penggemukan sapi yang memutus hubungan kerja (PHK) karyawan. (Faa)

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...