Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

GENJOT EKSPOR: Indonesia percepat diversifikasi pasar

Recommended Posts

JAKARTA: Indonesia harus mempercepat diversifikasi pasar dari negara-negara Eropa dan sekitarnya ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan positif, agar nilai ekspor tidak semakin merosot.

 

 

"Percepatan diversifikasi pasar ekspor harus dilakukan, karena krisis Eropa sudah berdampak terhadap ekspor nasional," kata Kepala Riset Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, kepada Antara, di Jakarta, Rabu (4/7/2012).

 

Menurut Purbaya, percepatan diversifikasi pasar ekspor setidaknya dapat sedikit menahan laju penurunan ekspor.

 

Sebelumnya (2/7), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan total ekspor nasional pada periode Mei 2012 mencapai US$16,72 miliar  atau meningkat 3,41%  dibandingkan dengan April 2012 sebesar US$16,173 miliar.

 

Namun jika dibandingkan dengan Mei 2011 (year on year/yoy) ekspor Mei 2012 tersebut menurun sebesar 8,55%  yang disebabkan merosotnya ekspor nonmigas sebesar 7,72%, dan ekspor migas sebesar 11,41%.

 

Menurut Purbaya, tidak bisa dipungkiri bahwa krisis Eropa sudah mempengaruhi perdagangan di pasar global tercemin dari perlambatan permintaan sejumlah negara terhadap produk-produk Indonesia terutama nonmigas.

 

"Krisis yang mulai terjadi tahun lalu (2011) di Eropa, kini sudah terasa dampaknya. Ekspor sejumlah negara termasuk Indonesia cenderung melambat," ujarnya.

 

Untuk itu dijelaskan Purbaya, ekspor Indonesia harus sudah difokuskan ke sejumlah negara Asia yang masih memiliki pertumbuhan relatif baik, seperti China, India, Jepang, Thailand dan Philipina.

 

Potensi domestik Menurut Purbaya, selain diversifikasi pasar, yang juga penting dilakukan pemerintah adalah menjaga pertumbuhan domestik.

 

"Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar yang merupakan kunci utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

 

Ia berpendapat, potensi pasar domestik tersebut tidak harus dengan memproteksi lewat pengenaan tarif, tetapi harus dilakukan secara "fair" dengan mengeluarkan kebijakan yang mendukung bergeraknya dunia usaha.

 

Menurut Purbaya, selagi pasar sejumlah negara tertentu sulit ditembus karena lemahnya permintaan akibat krisis, maka Indonesia justru masih memiliki permintaan dalam negeri yang luar biasa besar.

 

"Ini (potensi pasar) yang harus dikelola dengan baik, selain dapat menghadang dampak negatif dari krisis juga secara nyata dapat mengurangi gempuran barang-barang asing," tegasnya.

 

Faktor lain yang juga harus dijalankan pemerintah adalah mengendalikan tingkat inflasi agar tidak terlalu tinggi.

 

"Inflasi tinggi mengakibatkan daya saing produk Indonesia melemah," ujarnya.

 

Untuk mendorong peningkatan daya saing produk-produk Indonesia, pemerintah juga harus menurunkan suku bunga agar sektor riil dapat bergerak.

 

"Selama ini, tingkat bunga yang rendah merupakan senjata sejumlah negara untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing produksi," ujarnya.

 

Maka kemampuan pemerintah mengendalikan inflasi, suku bunga rendah, dan mampu mengatasi biaya ekonomi tinggi (high cost economy) maka akan tercipta daya saing produk yang tinggi.

 

"Dengan kondisi seperti itu ditambah dengan iklim investasi yang baik, maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh peningkatan nilai ekspor nasional," ujarnya. (Antara/msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...