Mendag Bidik Ekspor Naik 2 Kali Lipat Berkat Pakta Dagang RI-Rusia Dkk

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali melempem. Pasalnya, pelaku pasar kembai khawatir dengan kondisi krisis yang terjadi di Eropa.Analis valuta asing, Rahadyo Anggoro mengatakan, hal tersebut terjadi lantaran Finlandia dan Belanda mengutarakan ketidaksetujuannya jika fasilitas bailout European Stability Mechanism (ESM) dapat membeli obligasi di pasar sekunder.

 

"Data yang dirilis tadi pagi di Australia juga memberikan sentimen positif bagi perekenomian di kawasan Asia sehingga jadi topangan bagi mata uang kawasan termasuk rupiah. Data persetujuan pembangunan rumah Australia naik jauh di atas ekspektasi 27,3 persen dari prediksi 5,1 persen dan sebelumnya minus 7,6 persen," katanya kepada Okezone di Jakarta, Rabu (4/7/2012).

 

Sehingga, dengan adanya kondisi tersebut, pergerakan rupiah hari ini diprediksi berada di level Rp9.370-Rp9.400 per USD. Padahal, pada penutupan rupiah sore kemarin ditutup menguat yang dipicu oleh kembali mencuatnya harapan pasar terhadap peluang digulirkannya Quantitative Easing (QE) Amerika untuk tahap ketiga dari the Fed.

 

"Harapan tersebut menguat setelah data manufaktur yang dirilis AS kemarin menegaskan, pemulihan ekonomi yang lemah," tuturnya.

 

Amerika membutuhkan suntikan stimulus tambahan untuk menggairahkan aktivitas ekonomi lebih lanjut. Indeks Manufaktur PMI AS dirilis turun jadi 52,5 atau lebih buruk dari prediksi 53 dan data sebelumnya 52,9. Dengan adanya stimulus ketiga tentunya akan jadi tekanan bagi dolar. (wdi)

 

 

 

Sumber