Video: RI Kejar Setoran Bea Keluar Batu Bara, Pengusaha Tertekan?

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA – Pelaku usaha mengusulkan setidaknya tiga langkah yang harus ditempuh Indonesia untuk menyiasati penurunan harga karet di pasar internasional.

 

Langkah pertama adalah skema pengelolaan suplai atau supply management scheme (SMS). Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sutan Amir mengatakan skema pengelolaan suplai dilakukan melalui percepatan peremajaan perkebunan karet dan mengontrol izin perkebunan karet.

 

“Dengan demikian, suplai karet alam ke pasar internasional akan berkurang,” katanya kepada Bisnis, Minggu (1/7).

 

Langkah kedua, lanjutnya, adalah skema pembatasan ekspor atau agreed export tonnage scheme (AETS).

 

Langkah ini selaras dengan gagasan pemerintah Thailand yang mengajak Indonesia dan Malaysia mendiskusikan kemungkinan pembatasan ekspor sebagai salah satu alternatif untuk menghentikan penurunan harga karet. Ketiga negara merupakan penyumbang 70% pasokan karet dunia.

 

Sebagaimana diketahui, harga rata-rata karet alam pada Januari-Mei 2012 turun menjadi US$3,38 per kg dari US$3,67 per kg pada periode yang sama 2011. Padahal pada 2009, harga karet menyentuh US$4 per kg.

 

Harga karet di tingkat petani dalam beberapa bulan terakhir anjlok menjadi Rp8.000 per kg, padahal sebelumnya masih Rp15.000 per kg.

 

Selain karena pelemahan permintaan dari beberapa negara importir, penurunan harga karet ini juga disebabkan oleh krisis di zona Euro yang menekan harga karet.

 

Langkah ketiga adalah mengurangi hari sadap untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan. Ketika harga karet sedang baik, tak jarang petani menyadap getah karet hingga dua kali sehari sehingga pasokan menjadi berlebih.

 

“Padahal, overtapping itu tidak baik untuk tanaman karet. Seharusnya, pohon yang masih muda (disadap) tiga hari sekali. Kalau yang mature bisa setiap hari, tapi tidak sampai dua kali,” jelasnya.(api)

 

 

 

Sumber