Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Waspada, tapi Tetap Optimistis

Recommended Posts

Bank investasi global, Goldman Sach, awal pekan ini memprediksi  ekonomi Indonesia selama 2012 hanya akan tumbuh 5,4%. Pre­­­diksi ini lebih rendah dibandingkan dengan prediksi banyak lembaga lain yang berkisar di level 6%-6,5%.

 

Beberapa waktu lalu, Bank Dunia pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari level 6,7% menjadi 6,3%.

 

Goldman Sach menilai, melambatnya laju eko­nomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal pada pasar finansial domestik. Kondisi ini terjadi karena tingkat kepemilikan asing di pa­­­sar obligasi dalam negeri sudah mencapai 30%, akibatnya Indonesia rentan terhadap penarikan modal oleh investor asing.

 

Aliran dari pasar obligasi ini menjadi salah satu sumber utama dari arus keluar modal portofolio dari Indonesia yang mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran pada kuartal  pertama tahun ini.

 

Defisit neraca pembayaran Indonesia sendiri  bisa semakin lebar jika keadaan ekonomi global memburuk sehingga mendorong peningkatan arus keluar portofolio dari Tanah Air.  Data Bank Indo­nesia menunjukkan defisit neraca berjalan pada kuartal I/2012 mencapai US$2,9 miliar atau lebih tinggi dari surplus neraca modal yang sebesar US$2,2 miliar.

 

Memang kita ha­­­rus tetap waspada de­­ngan perkem­bangan ekonomi global, khususnya persoalan di Eropa, yang sangat berpe­ngaruh dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi di kawasan euro sedikit demi sedikit memakan korban. Laporan sebuah lembaga kajian juga mengungkapkan produksi industri jasa dan manufaktur Eropa turun dalam 5 bulan terakhir hingga Juni 2012.

 

Melemahnya perekonomian Eropa telah ­berakibat ke China, di mana perkembangan ­manufaktur negara itu sepanjang bulan ini juga dipre­diksi melanjutkan pelemahan setelah selama 7 bulan terakhir melemah akibat krisis keuangan global.

 

Bila China sebagai pemain utama dunia ikut mengalami  dampak krisis itu, sedikit banyak pun Indonesia akan ikut merasakan getahnya.

 

Jadi wajar saja bila banyak lembaga, termasuk Goldman Sach, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami penurunan dengan berbagai besaran angka yang bervariasi.

 

Sekarang tinggal bagaimana pada langkah pe­­merintah untuk mengantisipasi serta merancang sejumlah langkah agar penurunan pertumbuh­an—bila benar-benar terjadi—tidak terlalu drastis.

 

Alangkah lebih baik bila pemerintah benar-benar fokus mempersiapkan aneka langkah pengaman tersebut ketimbang terlalu reaktif mempersoalkan peringkat Indonesia yang mengalami penurunan dalam Failed State Index (FSI) atau Indeks Negara Gagal yang diterbitkan oleh sebuah organisasi riset dan pendidikan, The Fund for Peace (FFP).

 

Jelas kita semua tidak mau bila Indonesia menjadi sebuah negara yang gagal. Sekali lagi, ketimbang mempersoalkan hasil penilaian kriterianya, akan lebih baik bila pemerintah terus berupaya membenahi dua indikator yang disebut-sebut memburuk, yakni soal tekanan demografi dan kekerasan kelompok.

 

Langkah tegas dan jelas dari pemerintah untuk mengantisipasi dampak krisis Eropa serta membenahi aneka persoalan internal seperti yang dila­porkan oleh The Fund for Peace akan membuat kita semua tetap optimistis perekonomian Indo­nesia dapat tumbuh seperti yang diharapkan.

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...