Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

NARKOBA SOLO: Transaksi Mudah, Korban Terus Bertambah

Recommended Posts

DERING SMS masuk ke telepon seluluar Lanang (bukan nama sebenarnya), Kamis 21 6 2012, tepat tengah hari. Pesan itu singkat, hanya Lanang yang paham.

 

Ok,10 r. Kmu kejln honggowongso, gang sblm quick ciken blok kanan tiang listrik pertama di bwhnya dlm sedotan warna biru ketutup batu cor (Oke,10 r. Kamu ke Jl Honggowongso, gang sebelum Quick Chicken belok kanan tiang listrik pertama, di bawahnya di dalam sedotan warna biru tertutup batu cor).”

 

SMS itu masuk tak sampai 5 menit semenjak Lanang mengirimkan SMS ke sebuah nomor. Isi SMS yang dikirim Lanang sebelumnya adalah konfirmasi soal transfer uang Rp100.000 ke sebuah rekening bank swasta.

 

Pesan tersebut adalah kali kedua yang dia kirim setelah bandar narkoba memastikan stok putaw (heroin) paket hemat (pahe) yang dikirim untuk Lanang masih tersedia. Tak perlu menunggu lama, Lanang melarikan motornya ke tempat yang disebutkan.

 

Tiap hari selalu begitu. “Mau bagaimana lagi kalau sudah jadi pecandu. Saya ini sakit, tak bisa diobati,” ujarnya ketika sore hari beranjak menjadi malam.

 

Sesal bercampur kelegaan tergambar di wajahnya yang hitam. Lakunya kikuk, kata-katanya terbata-bata saat tangan kanannya berusaha membuka gulungan jaket jeans untuk menutup puluhan bekas sayatan yang membekas di tangan kirinya.

 

Narkoba jenis putaw, diakui Lanang, termasuk eksklusif di kalangan pecandu. Ibaratnya seperti mendaki gunung. Para pengguna awal biasanya cukup mengonsumsi ganja atau pil gedek. Kelas di atasnya adalah mengonsumsi sabu-sabu. Yang paling puncak adalah putaw.

 

Cara mengonsumsinya bukan dengan ditelan atau dihisap seperti ganja. Biasanya, pecandu menikmati putaw dengan disuntik.

 

“Kalau sudah ketagihan putaw, hidup kamu tamat. Habis. Sebab begitu tahu rasanya putaw, tahu rasanya nikmat disuntik, kamu tak akan mau mencoba narkoba jenis lain. Semua kandungan sabu, ganja dan heroin lainnya sudah terkandung dalam putaw. Lengkap. Karena itulah sugesti yang dibentuk putaw pada pecandu ini paling tinggi sehingga sepertinya tak mungkin untuk disembuhkan,” ujar Lanang.

 

Lanang mengaku sudah dua kali mengikuti program rehabilitasi narkoba. Hingga sekarang, dia masih terdaftar sebagai pengakses metadon (narkotika sintetis seperti heroin yang sifatnya legal karena disediakan oleh rumah sakit pemerintah) di RSUD dr Moewardi Solo. Meski rehabilitasi dijalani, dia mengaku terus masih mengonsumsi putaw minimal dua kali sehari.

 

Sugesti yang terlampau kuat, menurut Lanang, menyebabkan pecandu putaw sulit disembuhkan. “Kalau yang aktif nyabu, ketika sudah rehab, paling keinginan pakai lagi hanya di saat-saat tertentu,” ujarnya.

 

Bagi pecandu putaw, keinginan memakainya sangat kuat setiap saat. “Saya sering menyuntikkan air sekadar memberikan penenangan kepada tubuh. Yang penting kan tubuh sudah disuntik meski isinya hanya air,” jelas dia.

 

Ada banyak sugesti memakai putaw. Ketika mendengar lagu kali pertama saat dia memakai putaw, tempat pertama dan teman pertama ketika memakainya, sugesti yang sangat kuat datang kembali.

 

Lanang mendapatkan putaw di Kota Bengawan dengan mudah. Ada tiga bandar narkotika jenis putaw yang menggunakan sistem bayar transfer yang membuka layanan dari pagi hingga pukul 00.00 WIB setiap harinya.

 

Masing-masing transaksi membutuhkan waktu yang sangat singkat antara lima menit hingga setengah jam, mulai pemesanan hingga barang sampai ke tangan pembeli.

 

”Tiga yang saya sebut tadi adalah bandar putaw. Tapi kalau bandar biasa seperti bandar sabu, saya tak tahu, lebih banyaklah,” tambah dia.

 

Walau berpuluh kali pecandu putaw digulung aparat berwajib, posisi ketiga bandar tersebut, menurut Lanang, masih aman-aman saja hingga sekarang. Bahkan nomor telepon selulernya pun tak pernah berubah.

 

MENGKHAWATIRKAN

 

Kasat Narkoba Polresta Solo, Kompol I Nyoman Garjita, mengakui tingkat peredaran narkoba di Kota Bengawan amat mengkhawatirkan. Tahun lalu, Solo mendapat peringkat pertama se-Jateng setelah satu tahun sebelumnya di peringkat kedua. “Bukan prestasi yang membanggakan.”

 

Upaya untuk membatasi peredaran narkoba, lanjut Nyoman, salah satunya melalui pembentukan kampung antipenyalahgunaan narkoba yang saat ini terbentuk di Semanggi dan Gajahan. Melalui kampung antipenyalahgunaan narkoba, pengawasan lingkungan bukan hanya dilakukan oleh polisi tapi juga oleh warga di bawah koordinasi Polmas setempat.

 

Sementara Polresta Solo giat memerangi narkoba, LSM Mitra Alam memilih concern dalam upaya kesehatan.

 

Direktur Mitra Alam, Yunus Prasetyo, menyatakan pihaknya menjangkau para pecandu narkoba khususnya narkotika golongan satu dan lebih khusus lagi pengguna jarum suntik (penasun) di Soloraya. Tujuan Mitra Alam kali pertama adalah mengubah perilaku populasi kunci HIV/AIDS supaya tidak menggunakan jarum bersama-sama.

 

“Kalau jarum suntik dipakai bersama jelas memudahkan penularan HIV/AIDS.”

 

Soal HIV/AIDS ini, Yunus bercerita kondisinya juga masuk taraf mengkhawatirkan. Dari 50% target penjangkauan penasun yakni sekitar 225 orang dari 450 orang, 14%-nya mengidap HIV/AIDS. Mereka perlu didampingi terus-menerus dan diadvokasi supaya mengakses klinik rumatan metadon baik itu di RSUD dr Moewardi maupun Puskesmas Manahan, Jika tidak, dikhawatirkan virus HIV/AIDS menyebar ke mana-mana.

 

Menurut Yunus, penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik bisa diminimalisasi. Justru penularan melalui hubungan seksual sulit dibatasi. Terbukti jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS yang mengakses klinik VCT Solo masuk kategori ibu rumah tangga yakni sebanyak 140 orang.

 

Tak hanya melalui edukasi perubahan perilaku pada pecandu narkotika, Koordinator Lapangan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Kelestarian HAM (L-Paska) yang juga concern pada masalah peredaran narkoba dan HIV/AIDS, Hadi Raharjo, menegaskan tugas baru para aktivis adalah mendekati para pelajar.

 

Menurut pantauan L-Paska, yang mencoba narkotika banyak yang tercatat sebagai siswa SMP.  “Hingga sekarang banyak pecandu baru yang masih tertutup statusnya. Ini menjadi tugas kami untuk menjangkaunya.” (Tim Solo Pos/ea) Foto: Antara

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...