Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

INDUSTRI HIJAU di Jabar Belum Dapat Insentif

Recommended Posts

BANDUNG—Jawa Barat belum memiliki bentuk insentif yang riil bagi industri yang melakukan penataan lingkungan untuk mendukung terciptanya industri hijau. 

 

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan saat ini insentif baru diberikan pemerintah pusat lewat keringanan pajak bea masuk. 

 

“Tentu pendekatan insentif bagi pelaku usaha yang taat lingkungan sangat penting,” katanya usai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Gedung Sate hari ini, Senin (25/6/2012).

 

Heryawan mengakui pemprov belum memiliki bentuk yang jelas soal insentif bagi industri tersebut. “Kalau provinsi diminta untuk mendukung [insentif] tentu harus dirumuskan bentuknya nanti seperti apa,” katanya. 

 

Menurutnya sejumlah industri yang sudah serius menata lingkungan, mengelola limbah dengan baik layak diberikan apresiasi.

 

Saat ini, katanya, pemprov belum mengetahui persis bentuk insentif yang cocok diberikan bagi industri hijau. “Insentif tidak harus berupa uang atau pajak. Kalau pajak bukan kewenangan kami,” katanya.

 

Dia mengutarakan insentif berupa penghargaan lebih cocok ketimbang memberikan uang pada industri. “Insentif yang cocok itu menyangkut kewajiban mereka kepada negara,” katanya.

 

Industri tekstil

 

Sementara itu, Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Jabar Agus Gustiar mengatakan industri di Jabar yang sudah mendapat insentif salah satunya adalah tekstil terkait pengadaan peralatan pengolahan lingkungan. 

 

“Karena di Jabar yang paling berat adalah dampak dari pengolahan limbah. Oleh pemerintah diberikan insentif keringanan PPN BM untuk wasted treatment,” katanya.

 

Agus mengakui untuk insentif dari provinsi Jabar sendiri masih belum ada, karena kesadaran pada pentingnya green economy menurutnya harus terus didorong. “Sejauh ini provinsi mengupayakan proses edukasi dulu kepada masyarakat, karena itu perhubungan dengan sifat perilaku masyarakat,” ujarnya.

 

Kesadaran industri di Jabar untuk menata lingkungan, menurutnya, secara umum sudah semakin baik. “Yang belum [menerapkan] itu industri-industri lama. Karena mereka harus restrukturisasi mesin yang biayanya terlalu tinggi. Terutama [tekstil] Majalaya, processing  masih ada, pencelupan masih ada,” katanya kepada Bisnis. (sut)

 

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...