Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Menelusuri Gurita Narkoba di Solo

Recommended Posts

Dering short message service (SMS) masuk ke ponsel Lanang (bukan nama sebenarnya), Kamis (21/6) tepat tengah hari. Pesan itu singkat, hanya Lanang yang paham.

 

 

“Ok,10 r. Kmu kejln honggowongso, gang sblm quick ciken blok kanan tiang listrik pertama di bwhnya dlm sedotan warna biru ketutup batu cor.” (Oke,10 r. Kamu ke Jl Honggowongso, gang sebelum Quick Chicken blok kanan tiang listrik pertama, di bawahnya di dalam sedotan warna biru tertutup batu cor)

Pesan itu masuk tak sampai lima menit semenjak Lanang mengirimkan SMS ke sebuah nomor.

 

Isi SMS yang dikirim Lanang sebelumnya adalah konfirmasi soal transfer uang senilai Rp 100.000 pada sebuah rekening di Bank Central Asia (BCA).

 

SMS tersebut adalah SMS kali kedua yang ia kirim setelah bandar Narkoba memastikan stok putaw paket hemat (pahe) yang dikirim Lanang masih tersedia. Tak perlu menunggu lama, Lanang pun segera melarikan motornya ke tempat yang disebutkan.

 

 

Tiap hari selalu begitu. “Mau bagaimana lagi kalau sudah jadi pecandu. Saya ini sakit, tak bisa diobati,” ujarnya ketika sore hari beranjak menjadi malam. Sesal bercampur kelegaan tergambar di wajahnya yang hitam.

 

Lakunya kikuk, kata-katanya terbata saat tangan kanannya berusaha membuka gulungan jaket jeans untuk menutup puluhan bekas sayatan yang membekas di tangan kirinya.

 

 

Narkoba jenis putaw, diakui Lanang, termasuk eksklusif di kalangan pecandu. Ibaratnya seperti mendaki gunung.

 

Saat ada di kakinya atau mereka yang masih dalam taraf coba-coba biasanya sudah merasa cukup hanya dengan mengonsumsi ganja atau pil gedek. Makin mendaki ke atas mulailah pada taraf mencoba sabu.

 

Sampai di puncak dia sudah menjadi pecandu putaw yang mengonsumsinya bukan lagi dengan cara oral (dimasukkan ke mulut) melainkan dengan cara menyuntikkannya ke tubuh.

 

 

“Kalau sudah ketagihan putaw, hidup kamu tamat. Habis. Sebab begitu tahu rasanya putaw, tahu rasanya nikmat disuntik, kamu tak akan mau mencoba narkoba jenis lain. Semua kandungan sabu, ganja dan heroin lainnya sudah terkandung dalam putaw. Lengkap. Karena itulah sugesti yang dibentuk putaw pada pecandu ini paling tinggi sehingga sepertinya tak mungkin untuk disembuhkan,” tukas Lanang.

 

 

Contohnya adalah dia sendiri. Lanang mengaku sudah dua kali mengikuti program rehabilitasi narkoba hingga sekarang aktif terdaftar sebagai pengakses metadon (narkotika sintetis seperti heroin yang sifatnya legal karena disediakan oleh rumah sakit pemerintah) di RSUD Dr Moewardi. Nyatanya meski semua itu sudah dia jalani namun Lanang mengaku terus masih mengonsumsi putaw secara aktif minimal dua kali dalam satu hari.

 

 

Sugesti yang terlampau kuat menurut Lanang menyebabkan seorang pecandu narkotika jenis putaw sulit disembuhkan. “Kalau yang aktif sabu itu ketika sudah rehab paling keinginan pakai lagi hanya di saat-saat tertentu.

 

Sebaliknya kalau yang dulunya aktif putaw, setiap saat setiap waktu keinginan pakai masih kuat sehingga ketika awal bersih saya sering menyuntikkan air sekedar memberikan penenangan pada tubuh. Yang penting kan tubuh sudah disuntik meski isinya hanya air,” jelas dia. Bukan hanya kecanduan menyuntik, terkadang saat mendengar lagu kali pertama memakai putaw, tempat pertama, teman pertama, sugesti yang sangat kuat untuk memakainya datang kembali.

 

 

Dengan ekses negatif putaw yang begitu kuat jeleknya tambah Lanang mendapatkannya di Kota Bengawan sangatlah mudah. Ada tiga bandar narkotika jenis putaw yang menggunakan sistem bayar transfer yang membuka layanan dari pagi hingga pukul 00.00 WIB setiap harinya. Masing-masing transaksi membutuhkan waktu yang sangat singkat antara lima menit hingga setengah jam, dari mulai proses pemesanan hingga barang sampai ke tangan pembeli.

 

 

”Tiga yang saya sebut tadi adalah bandar putaw. Tapi kalau bandar biasa seperti bandar sabu saya tak tahu, lebih banyaklah,” tambah dia. Walau berpuluh kali pecandu putaw telah digulung aparat berwajib namun posisi ketiga bandar tersebut menurut Lanang masih aman saja hingga sekarang. Bahkan nomor telepon selulernya pun tak pernah berubah.

 

 

Terpisah,  Kasat Narkoba Polresta Solo, Kompol I Nyoman Garjita mengakui tingkat peredaran narkoba di Kota Bengawan amat mengkhawatirkan. Tahun lalu Solo mendapat peringkat pertama se-Jateng setelah satu tahun sebelumnya duduk di peringkat kedua. “Bukan prestasi yang membanggakan.”

 

 

Upaya untuk membatasi peredaran narkoba, lanjut Nyoman, salah satunya melalui pembentukan kampung antipenyalahgunaan narkoba yang saat ini sudah terbentuk di Semanggi dan Gajahan. Melalui kampung antipenyalahgunaan narkoba diharapkan pengawasan lingkungan bukan hanya dilakukan oleh Polresta tapi juga oleh masyarakat di bawah koordinasi Polmas setempat.

 

 

Sementara Polresta giat mengupayakan pembatasan peredaran narkoba, LSM Mitra Alam di satu sisi menurut direkturnya, Yunus Prasetyo memilih concern di upaya kesehatan. Caranya dengan menjangkau para pecandu narkoba khususnya narkotika golongan satu dan lebih khusus lagi pengguna jarum suntik (penasun) di Soloraya. Tujuan Mitra Alam kali pertama adalah mengubah perilaku populasi kunci HIV/Aids ini supaya tidak menggunakan jarum bersama-sama. “Kalau jarum suntik dipakai bersama jelas memudahkan proses penularan HIV/Aids.”

 

 

Soal HIV/Aids ini, Yunus bercerita kondisinya juga masuk taraf mengkhawatirkan. Sebab dari 50% target penjangkauan penasun yakni sekitar 225 orang dari 450 orang, 14%-nya saat ini sudah mengidap HIV/Aids. Jika tak dilakukan upaya pendampingan secara terus-menerus dan pemberian advokasi supaya mereka mengakses klinik rumatan metadon baik itu di RSUD Dr Moewardi atau Puskesmas Manahan, dikhawatirkan virus HIV/Aids makin menyebar ke mana-mana.

 

Yang memprihatinkan, sambung Yunus, setelah penularan HIV/Aids melalui jarum suntik bisa diminimalisasi justru penularan melalui hubungan seksual sulit dibatasi. Terbukti jumlah tertinggi penderita HIV/Aids yang mengakes klinik VCT Solo masuk kategori ibu rumah tangga yakni sebanyak 140 orang.

 

 

Tak hanya melalui edukasi perubahan perilaku pada pecandu narkotika, Koordinator Lapangan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Kelestarian HAM (L-Paska) yang juga concern pada masalah peredaran narkoba dan HIV/Aids, Hadi Raharjo menegaskan tugas baru para aktivis adalah mendekati para pelajar. Pasalnya menurut pantauan L-Paska mereka yang mencoba narkotika banyak yang tercatat sebagai siswa SMP.

 

 

 “Hingga sekarang banyak pecandu baru yang masih tertutup statusnya. Ini menjadi tugas kita untuk menjangkaunya.” (SOLOPOS/api)

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...