Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Setara Institute minta Polri tuntaskan kasus penembakan Papua 2 bulan

Recommended Posts

JAKARTA: Setara Institute mendesak Polri dapat mengungkap kasus penembakan Papua dalam 2 bulan ke depan secara transparan dan menyeluruh. Organisasi itu menilai jika tak dapat dituntaskan, maka negara dituding membiarkan Papua dalam kondisi labil.

 

Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan pihaknya menduga seluruh rangkaian kekerasan di Papua akan dijadikan legitimasi untuk membenarkan pendekatan keamanan di provinsi tersebut. Dia mengungkapkan modus membuang-buang waktu (buying time) dalam penanganan kasus Papua merupakan modus lama.

 

Setara memaparkan hal itu terjadi sebelumnya sebagaimana kasus-kasus masa lalu, di antaranya adalah kasus Theys Hiyo Eluay atau kasus Wasior dan Wamena. Organisasi itu mencatat akhir dari seluruh penanganan  kasus itu adalah terjadinya pengaburan serta membiarkan kejahatan tidak diadili. Dia mengatakan pengungkapan kasus penembakan merupakan pintu masuk penyelesaian masalah Papua secara menyeluruh.

 

"Tanpa pengungkapan kasus-kasus ini, mustahil kepercayaan masyarakat Papua akan tumbuh terhadap Jakarta," kata Hendardi dalam siaran pers di Jakarta, Selasa 12 Juni 2012. "Jika 2 bulan tidak bisa terungkap, berarti kuat dugaan bahwa pembiaran oleh negara adalah kesengajaan untuk menjustifikasi bahwa Papua adalah labil."

 

Dia memaparkan kunci untuk membangun kepercayaan adalah bekerja secara jujur dan bermula dari fakta yang paling nyata. Hal itu adalah penanganan tindakan kekerasan dan penembakan dalam 6 bulan terakhir yang terus terjadi. Menurut Hendardi, kepercayaan adalah pula kunci untuk membangun dialog berkelanjutan antara Papua dan Jakarta.

 

Diketahui pada 10 Juni 2012 malam, terjadi penembakan yang menewaskan satu warga di Jayapura. Selain itu terdapat penembakan dua karyawan PT Freeport pada keesokan harinya. Sebelumnya, rangkaian kekerasan juga terjadi.

 

Hasil pemantauan Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua memaparkan telah terjadinya kejahatan kemanusiaan yang menyebabkan korban jiwa maupun korban luka periode Mei-Juni 2012. Pada Mei, persekutuan mengidentifkasi para korban  adalah Terloji Weya (ditembak mati pada 1 Mei); Arkilaus Rafutu (ditembak mati pada 19 Mei); Paulus Tandiesse (ditikam mati pada 22 Mei); Syaiful Bahri (dibunuh dan dibakar pada 22 Mei); Kaharudian (ditikam mati pada 24 Mei); serta Pieper Dietmar Helmut (WNA yang ditembak pada 29 Mei). Sementara pada periode Juni di antaranya adalah Ajud Jimmy Purba (dikeroyok dan ditikam pada 3 Juni); Prajurit Satu TNI Doengki Kune (ditembak bagian bawah dagu kanan hingga tembus ke bagian kiri pada 4 Juni).

 

Sementara peristiwa pada 6 Juni lalu, bermula dari dua anggota TNI Infanteri (Yonif) 756/WMS tengah memacu sepeda motor dengan melewati Jalan Raya Hone Lama, Distrik Wamena, Jayawijaya. Mereka menabrak anak kecil. Berdasarkan laporan, keduanya kemudian berusaha menghindari kemarahan orangtua dari sang anak namun akhirnya terlibat perkelahian. Seorang anggota TNI yang bernama Pratu Ahmad Sahlan mati di tempat karena mengalami luka tusuk di dada tembus jantung. Sementara anggota TNI bernama Serda Parloi Pardede dalam keadaan kritis karena pukulan benda keras di seluruh bagian tubuh dan sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena. Aksi pembalasan dari pasukan TNI Batalyon 756 kemudian dilakukan sangat brutal dan tak terkendali dengan menyerang, menyiksa, membunuh dan melukai warga sipil  dan membakar rumah.

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...