Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PIALA EROPA: Selamat tinggal, Miranda...

Recommended Posts

Selamat tinggal Hambalang. Selamat tinggal Angie. Selamat tinggal Miranda.

 

Selamat datang ‘Yang Mulia’ Euro 2012!

 

Dalam hitungan jam, kick off Piala Eropa segera dimulai. Si Kulit Bundar kembali menyihir dunia dengan segala pesonanya. Inilah ‘sihir’ yang bisa membuat dunia menjadi lebih adem ayem. Permusuhan, mulai dari kelas ideologi, perbatasan negara, asmara hingga hal-hal yang tidak penting sekalipun, reda dalam sekejap karena para aktor kekerasan punya kesibukan baru: memelototi ‘dansa’ di lapangan hijau.

 

Jadi, mohon maaf bila selama hampir sebulan sejak hari ini, Jumat (8/6), virus Piala Eropa juga bakal menyengat para penggila sepak bola di Indonesia. Virus ini sungguh luar biasa. Ritme kehidupan seorang penggemar fanatik sepak bola bisa berubah drastis, tak peduli siapa dia.

 

Apapun yang berbau Piala Eropa tampaknya akan mendominasi obrolan di segala lapisan masyarakat, tak terkecuali celotehan mereka yang diperkirakan bakal terganggu privacy-nya akibat gelaran turnamen akbar sepak bola tersebut. Jejaring sosial dalam tiga pekan kedepan tidak hanya diramaikan oleh sorak sorai pecandu bola tetapi sebaliknya juga oleh mereka yang sangat sulit memahami mengapa kegilaan dan adrenalin terhadap Si Kulit Bundar itu muncul tak terkendali.

 

Kita berharap Piala Eropa kali ini yang berlangsung di dua negara, yaitu Polandia dan Ukraina, mampu menyuguhkan sepak bola tidak hanya sebagai permainan melainkan juga sebuah pentas elegan yang menembus batas (beyond soccer). Sebuah maha karya yang dihadirkan untuk membuat manusia di muka bumi ini hidup damai dalam keragaman, damai dalam persaingan, dan menghormati setiap aturan main yang telah digariskan ‘wasit’.

 

Dengan demikian kita diharapkan bisa menyerap secara positif nilai-nilai luhur dan universal yang ada di dalam sepak bola. Khusus untuk Indonesia, segudang pelajaran bisa diambil. Persoalannya, kita mau memajukan persepakbolaan nasional menjadi lebih bermartabat atau tidak. Bukankah kita saat ini lebih asyik melihat pentas sepak bola nasional babak belur, kerdil, keropos, korup, dan sarat konflik?

 

Sekarang coba lihat sang tuan rumah Piala Eropa. Polandia dan Ukraina merupakan dua negara yang pernah lama terpuruk akibat kekejaman penguasa Jeruji Besi. Secara ekonomi mereka belum pulih benar dari salah urus komunisme. Kini, ketika berada dibawah payung Uni Eropa, Polandia dan Ukraina bertekad membuktikan diri bahwa mereka juga layak mendapat status world class.

 

Polandia memang bernasib lebih baik dari Ukraina. Ia adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang lolos dari krisis 2008. Pada 2010 ekspansi ekonominya mencapai 4%. Mitranya, Ukraina, sungguh memilukan karena nyaris bangkrut!  

 

Piala Eropa merupakan sebuah turnamen besar setelah Piala Dunia. Sebanyak 16 negara ambil bagian untuk memperebutkan piala Henry Delaunay yang digelar sejak 1960 itu. Semua tim memiliki peluang masing-masing meski pasti ada yang paling dijagokan atau favorit. Namun ingat, ini sepakbola Bung! Segala kejutan bisa saja terjadi. Sang Kuda Hitam atau tim yang semula dipandang sebelah mata bisa saja membalikkan semua prediksi canggih para pengamat sepak bola.  

 

Dalam bukunya yang berjudul How Soccer Explains the World: The Unlikely Theory of Globalization, Franklin Foer menulis bahwa mega laga atau turnamen-turnamen besar merupakan mimpi indah bagi seorang pecandu bola. Ketika para pelatih mencoba mereka-reka ‘paduan kultural’ dari daftar pemainnya, hasilnya kerap membuahkan tontonan baru yang menakjubkan.

 

Gaya Italia yang sinis dan defensif disegarkan oleh pemain-pemain Belanda dan Brasil yang menggelandang ‘seenaknya’. Sebaliknya gaya kaku Inggris atau malah yang disebut Foer  ‘kurang gaya’ diperlunak sedikit oleh sentuhan kontinental yang diusung para pemain impor dari seberang Kanal Inggris.

 

Oleh karena itu, menurut saya, Foer tidak berlebihan ketika mencoba menggambarkan pemahaman terhadap dunia yang aktual lewat sepak bola. “Dari apa yang saya saksikan di sofa, sepak bola tampaknya jauh lebih akur dengan proses globalisasi ketimbang perekonomian manapun di muka bumi.”

 

Soal globalisasi, Thomas Friedman, kolumnis New York Times, pernah mengatakan bahwa integrasi antara pasar, negara-bangsa, dan teknologi terjalin erat dan rapi dalam taraf yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Integrasi ini tidak mungkin lagi ditawar-tawar dan berkembang dengan suatu cara yang memungkinkan individu, korporasi, dan negara-bangsa semakin jauh menjangkau dunia dalam tempo yang makin cepat, dalam, dan murah.

 

Sebagai pecandu bola yang ‘canggih’, Anda tentu tidak sulit menangkap maksud Friedman. Bukan hanya Internet dan satelit yang membuat dunia persepakbolaan menjadi ‘menyusut’ dan lebih mudah dijangkau. Di lapangan pun Anda bisa menyaksikan langsung pentas globalisasi tersebut.

 

Euro 2012....here we go! (inria.zulfikar@bisnis.co.id/arh)

 

BERITA LAINNYA:

 

 

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...