Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

NERACA PERDAGANGAN: Bahaya, Jangan Melulu Impor Bahan Baku

Recommended Posts

JAKARTA: Impor bahan baku/penolong yang tinggi dapat mengancam keseimbangan neraca perdagangan tahun ini, sehingga industri dalam negeri perlu didorong menggunakan bahan baku lokal.

 

Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan bahan baku yang selama ini mendominasi ekspor hingga 65% sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan produksi industri domestik.

 

Namun, kecenderungan yang terjadi selama ini, pelaku usaha tidak menjaga mutu bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya, mereka menjaga kualitas bahan baku yang diekspor. Akibatnya, banyak industri dalam negeri mengandalkan bahan baku impor.

 

“Harusnya kita mapping, industri yang akan dimunculkan itu harus digantungkan pada 65% ekspor kita yang bergantung pada bahan baku. Kalau tidak, industri yang sudah ada atupun industri baru akan semakin banyak impor dan itu yang terjadi,” ujarnya, Kamis 7 Juni 2012.

 

Menurutnya, pertumbuhan sektor industri pada kuartal I/2012 yang ditandai dengan kenaikan kredit investasi dan penanaman modal asing masing-masing 30% justru sejalan dengan kenaikan impor bahan baku/penolong yang pesat.

 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan impor bahan baku/penolong pada periode Januari-April 2012 mencapai US$45,49 miliar atau naik 13,21% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Angka itu pun menguasai 72,93% dari total impor caturwulan pertama 2012.

 

BPS juga mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2012 mengalami defisit US$641,1 juta.

 

“Melihat neraca perdagangan, memang kita harus hati-hati sampai akhir tahun kalau kecenderungan impor ini terus meningkat dibanding ekspor. Kalau tidak, tahun ini bisa negatif,” ujarnya.

 

Meskipun demikian, dia menyarankan pemerintah melihat lebih dalam apakah impor bahan baku yang cenderung meningkat pada 4 bulan pertama 2012 sengaja dilakukan pelaku usaha karena memanfaatkan momentum nilai tukar rupiah yang sedang bagus.

 

Aviliani juga mengingatkan pemerintah harus segera melakukan sinkronisasi kebijakan di sektor industri hulu dan hilir, guna menyiasati penurunan permintaan bahan baku dan penurunan harga

internasional.

 

Menurutnya, industri hilir harus mulai disiapkan. “Kalau tidak siap, maka yang terjadi seperti aturan tambang kemarin itu. Ketika dilarang ekspor, hilirnya tidak ada. Ketika tidak ada yang

membeli di dalam negeri, mau keluar pun harganya sudah jatuh. Nah, ini akan menjadi bumerang bagi ekspor. Policy itu harus bersifat menyeluruh, bukan separuh-separuh,” ungkapnya.

 

Dia menambahkan impor bahan baku/penolong tanpa diimbangi dengan ekspor tidak akan memberi manfaat bagi perolehan devisa negara.

 

Produk yang dihasilkan, lanjutnya, hanya digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri di tengah peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah yang mendorong pertumbuhan konsumsi.

 

 “Akibatnya, nilai tambah tidak menghasilkan devisa. Ini juga yang memicu melemahnya rupiah. Kalau kita tidak bisa me-manage ekspor dan impor, itu jadi bumerang, khususnya ketika kita mendorong

industri PMA, tapi tergantung impor,” ungkap Aviliani.(bas)

 

BERITA LAINNYA:

 

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...