Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Politik Memanas, Minyak Dunia Bakal Kembali Naik

Recommended Posts

JAKARTA - Harga minyak dunia diperkirakan masih akan naik, menyusul kondisi politik di Semenanjung Korea yang kembali memenas. Selain itu pelaku pasar juga pesimis atas pertemuan Iran dengan negara-negara maju. Dua hal ini membuat harga minyak dunia diprediksi masih mencapai USD100 per barel.Menyusul pesimisme akan pertemuan Iran dengan sejumlah negara kuat terkait ancamannya memutus distribusi minyaknya dan gagalnya uji coba roket jelajah jauh milik Korea Utara, harga minyak diprediksi naik.

 

"Aksi konflik internal yang terjadi di Sudan, Yaman, Syria dan Libya

 

, juga membuat suplai minyak menjadi tersendat bahkan terhenti. Sementara di barat, Kanada dan beberapa negara pesisir laut utara menghadapi masalah teknis dalam  operasionalnya," ungkap Analis Monex, Daru Wibisono, Sabtu (14/4/2012)Selain karena konflik keamanan ini, menurut Daru, produksi minyak Iran juga diperkirakan akan susut sekira 15 persen tahun ini dipicu melemahnya investor asing yang masuk. Melihat alasan ini, harga minyak diprediski akan terus naik meskipun masalah nuklir di sana telah selesai.

 

"Secara teknikal, setelah harga minyak minyak dunia tembus di atas USD 102,1 per barel, tekanan bullish akan memicu minyak ke beberapa resisten penting ke USD103

 

,9 sampai USD105,5 per barel. Asumsi tersebut di dasarkan atas indikator Stochastic harian yang uptrend serta pergerakan minyak yang telah berada di atas Moving Average MA-100 hari. Sementara MACD yang masih bearish memungkinkan harga minyak terkoreksi ke area USD103 sampai 101 per barel," lanjut dia.Di perdagangan Jumat kemarin, harga minyak dunia jenis Nymex melonjak sampai USD103,9 per barel di sesi siang. Namun rally panjang ini akhirnya terkikis seiring dengan melemahnya data pertumbuhan ekonomi kuartal satu di negeri Tirai Bambu, China.

 

Data pertumbuhan ekonomi di C

 

hina selam kuartal satu tahun ini hanya sekira 8,1 persen. Angka ini turun dari pertumbuhan di kuartal satu tahun lalu di 8,9 persen. Pasar sendiri memprediksi ekonomi China akan tumbuh 8,3 persen. Meskipun begitu, angka ini dianggap pasar masih relevan karena masih diimbangi oleh data industrial output dan retail sales China yang melonjak. Pasar akhirnya menyimpulkan melambatnya pertumbuhan China bersifat soft landing karena The Fed sendiri menyebutkan belum akan melanjutkan kebijakan moneter longgar untuk membatasi naiknya harga minyak. (gna)

 

(rhs)

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...